Jumat, 27 Juli 2018

BUDIDAYA IKAN BERSAMA PADI (MINA PADI)


I.       PENGERTIAN MINA PADI

Mina padi adalah usaha budidaya ikan disawah yang dilakukan secara bersamaan dengan tanaman padi dalam suatu areal yang sama.  Dengan kata lain sambil menyelam minum air atau satu areal ditanami dua komiditas dihasilkan.  Sehingga pendapatan bertambah.
II.      KEUNTUNGAN MINA PADI
-     Biaya produksi rendah
-     Hemat biaya dan waktu penyiangan padi
-     Hemat biaya pembelian insektisita dan herbisida
-     Padi yang dihasilkan adalah padi organik
-     Penyakit tanaman padi berkurang
-     Gangguan hama tikus berkurang
-     Mengurangi serangan hama wereng
-     Pemberian pupuk berkurang
-     Produksi padi meningkat
-     Pendapatan petani bertambah
-     Asupan protein hewani (dari ikan) bertambah
III.     PERSIAPAN LAHAN UNTU MINA PADI
-     Lakukan pengolahan tanah seperti biasa, dengan cara diluku/dibajak agar tanah menjadi gembur, diamkan lahan kurang lebih 1 minggu agar terjadi pengendapan.

-     Membuat saluran keliling (caren) dengan kedalam 70 s/d 80 cm serta pintu pemasukan dan pengeluaran air.


-     Lakukan penanaman bibit padi dengan sistem jajar legowo (jarwo) 2:1, 3:1 atau 4:1 kemudian biarkan selama 1 minggu,  Varietas padi yang digunakan sebaik varietas yang tahan dengan genangan air dan memiliki batang yang sedang agar tidak mudah roboh.
-     Setelah padi berumur 1 minggu dari tanam lakukan pemupukan dasar berupa urea 30 kg dan ponska 25 kg per 1000 m2 lahan.
-     Lakukan penyurutan air pada area persawahan, lahan dibiarkan mecak-mecak selama 2 minggu
-     Pasang jaring disekeliling lahan mina padi untuk menghalangi hama masuk ke areal persawahan dan lahan diairi kembali.
-     Peneberan bibit ikan yang unggul dan berkualitas dengan ukuran 4-5 cm dengan padat tebar sebanyak 4 s/d 6 ekor/m2.

Pemilihan Varietas Padi dan Bibit Ikan

Varietas padi yang cocok untuk sistem minapadi adalah yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
-     Perakaran dalam, agar padi yang ditanam tidak mudah roboh sehingga menghambat pergerakan ikan.
-     Cepat beranak (bertunas), untuk menghindari keterlambatan pertumbuhan tunas akibat genangan air. Batang kuat dan tidak mudah rebah, untuk menghindari pertumbuhan batang yang lemah akibat serapan air ketanaman yang cukup tinggi.
-     Tahan genangan pada awal pertumbuhan. Daun tegak untuk memperbanyak sinar matahari yang dapat diterima oleh permukaan daun, sehingga proses fotosintesis lebih baik dan pertumbuhan padi akan meningkat.
-     Varietas padi tahan hama dan penyakit.
Berdasarkan kreteria diatas maka petani banyak menjatuhkan pilihan pada varietas padi Ciherang.  Jumlah benih padi yang diperlukan kurang lebih 25 kg/ha· Bibit padi dapat ditanam setelah ditumbuhkan terlebih dahulu selama 15 - 21 hari· Sistem tanam yang sering digunakan dalam minapadi Jajar Legowo 2:1 atau 4:1.
Adapun kriteria benih ikan yang cocok untuk minapadi yaitu :
-     Tahan terhadap goncangan lingkungan dan penyakit
-     Memiliki pertumbuhan cepat
-     Disukai konsumen
-     Nilai ekonominya tinggi
-     Diutamakan yang tidak berwarna cerah untuk menghindari serangan hama terutama hama burung.

Pemeliharaan ikan


Pemberian pakan ikan dapat diberikan setelah 3 hari benih ikan ditebar di sawah. Jenis pakan dipilih pakan apung dengan kadar protein 28-32%. Cara pemberian pakan dengan sistem ad libitum yaitu pemberian pakan dihentikan setelah ikan berkurang nafsu makannya.

Periode pemberian pakan sebaiknya dilakukan 2 kali sehari pada waktu pagi dan sore hari. Untuk memelihara kesuburan padi maka dapat diberikan pupuk kandang setelah ikan berumur 2-3 minggu, dengan cara ditebar. Dosis yang digunakan kurang lebih 0,25 kg/m2.

Pemanenan

Saat panen yang paling tepat adalah ketika 90% gabah menguning. Panen ikan dilakukan 10 hari sebelum panen padi dengan cara mengeringkan petakan sawah. Setelah air surut maka ikan akan terkumpul pada kamalir/parit. Ikan yang ada dalam kamalir kemudian digiring


menuju ke bak penampungan, selanjutnya ikan ditangkap dengan menggunakan scoop-net. Ikan-ikan yang tertangkap ditampung di tempat penampugan yang berisi air bersih.

Pemanenan padi pada sistem mina padi sama seperti permanenan pada penanaman monokultur. Permanenan padi dilakukan setelah gabah masak merata dengan menggunakan sabit bergerigi untuk mengurangi rontoknya bulir padi sawah.


SUMBER :

BUDIDAYA KUTU AIR (DAPHNIA sp.)


PENDAHULUAN



             Salah satu metode kultur Daphnia sp. yang sering digunakan adalah metode pemupukan. Pupuk yang digunakana adalah pupuk organik dan anorganik (Ivleva, 1973 dalam Casmuji, 2002). Pupuk organik dapat berfungsi sebagai sumber makanan secara langsung untuk Daphnia sp. dan organism makanan ikan lainnya atau diuraikan oleh bakteri menjadi bahan-bahan organik yang merangsang pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton (Boyd, 1982 dalam Casmuji, 2002).
LANGKAH – LANGKAH BUDIDAYA DHAPNIA sp.
Persiapan wadah.
Persiapan wadah Budidaya bertujuan untuk mengoptimalkan wadah Budidaya agar media kultur Daphnia sp. bersih dan layak untuk budidaya. Tahap pertama dalam melakukan budidaya kita harus mempersiapkan wadah budidayanya. Wadah yang di gunakan untuk kultur Daphnia sp. yaitu berupa bak beton yang berbentuk segi enam. Volume bak yaitu 2,16 m3. Langkah pertama untuk persiapan wadah yaitu dinding dan dasar bak di bersihkan oleh sikat dan di semprot dengan air agar kotoran yang menempel di dinding dan dasar bak bersih. Setelah bak di bersihkan lalu dipasang peralon autlet. Peralon itu di pasang di tengah-tengah bak karna penempatan autlet yaitu di tengah-tengah bak budidaya, ukuran paralon tersebut yaitu sekitar 1 meter. Selanjutnya kita pasang aerasi untuk suplai oksigen. Pada dasarnya kebutuhan oksigen untuk perkembangan Daphnia sp. yaitu lebih dari 2 ppm.
Setelah bak di bersihkan dan peralon serta aerasi di pasang, sebaiknya bak jangan dulu di isi akan tetapi bak di keringkan dulu selama 1 hari agar bakteri, dan organisma lain tidak berkembang biak di wadah budidayaDaphnia sp. sehingga dapat mengganggu dalam budidaya daphnia serta organisme lain tidak menjadi pesaing dalam perebutan oksigen dalam budidaya Daphnia sp. tersebutLangkah selanjutnya yaitu mengisi bak dengan air
dengan ketinggian air 80 cm. Setelah di isi air terlebih dahulu kita cek ph dan suhu bak tersebut. Kemudian bak tersebut kita kasih pupuk, dosis pupuk yang di berikan yaitu 2,4 gram/ liter. Pupuk bertujuan untuk kelangsungan hidupDaphnia dan sebagai bahan makanan Daphnia sp. perlu kita ketahui bahan makanan Daphnia sp yaitu phytoplankton, ketersediaan phytoplankton harus cukup agar perkembangan Daphnia sp. berkembang cepat. Bak budidaya daphnia di pupuk maka bak tersebut akan menimbulkan fhitoplankton, dan selanjutnya daphnia akan memakan phytoplankton.
Pupuk organik yang bisa digunakan untuk kultur Daphnia sp adalah kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran babi, kotoran kambing/domab, dan kotoran kuda. Namun , dari berbagai jenis kotoran tersebut menurut Kadarwan (1974) dalam Casmuji (2002) kotoran ayam dianggap lebih baik daripada kotoran kandang lainnya.
Untuk pemupukan dengan kotoran ayam dosis awal yang diberikan yaitu sebanyak 500 g/m3 dan 250 g/m3 setiap hari (Shpet dalam Casmuji, 2002). Sedangkan menurut Suprayitno (1986) dalam Casmuji (2002) untuk mendapatkan media kultur yang baik kotoran ayam kering yang digunakan untuk kultur Daphnia sp. adalah 2-5 g/l air. Di bawah ini dijelaskan metode budidaya daphnia (Darmanto dkk., 2000).
Inokulasi
Inokulasi Daphnia sp. dapat dilakukan dengan memakai sitem induk Daphnia sp yaitu Daphnia dewasa atau indukan. Inokulasi di ambil indukannya dari tempat penyediaan induk yang ada di bak khusus induk. Daphnia sp. di perairan dapat dilihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu untuk menghitung kepadatan Daphnia pada saat inokulasi maupun masa Budidaya, dapat di lakukan tanpa menggunakan alat pembesar atau mikroskop. Cara pengambilanDaphnia sp. induk dari bak yaitu Daphnia diambil dari dalam bak, lalu di masukan kedalam wadah yang telah di aerasi agak besar sehingga apabilaDaphnia di masukan kedalam wadah tersebut tidak kekurangan oksigen. Setelah di dapatkan indukan maka di tebar di bak kultur. Padaat tebarDaphnia di bak yaitu 12 ekor/liter.
Pengelolaan Kualitas Air
Penelolaan kualitas air Daphnia sp. merupakan salah satu kegiatan budidayaDaphnia karna kualitas air yang bagus akan menentukan keberhasilan dalam melakukan budidaya. Air adalah tempat media budidaya, maka kita harus memperhatikan kualitas air yang ada pada wadah budidaya. Pengontrolan kualitas air dengan menggunakan Tetra test berfungsi sebagai pengontrol pH, NO2- dan NO3-Pengontrolan di lakukan setiap hari. Untuk dapat hidup dan berkembang biak dengan baik, Daphnia sp. membutuhkan lingkungan dengan suhu 21C, oksigen terlarut 2 ppm dan pH 6,5-8,5. Dahnia sp. juga hidup pada suhu antara 24-280 C dan pH 6,3-6,7 dan penetasan Dahpnia sp. yang baik adalah pada suhu 21C. (Gusrina,2006)
Pemupukan
Dalam proses budidaya daphnia dilakukan pemupukan didalam wadah budidaya yang bertujuan untuk menumbuhkan phytoplankton. Kepadatan phytoplankton yang dibutuhkan budidaya daphnia adalah 105-10sel/ml media budidaya. Pemupukan wadah budidaya dengan dosis 2,4 gram/liter. Tetapi menurut literatur ada yang menggunakan dosis 500 gr/m3.
Daphnia memakan berbagai macam bakteri, ragi, alga bersek tunggal, dan detritus. Tetapi dalam kegiatan makanan utamanya yaitu memakan Phytoplankton sebagai makanan utama. Daphnia mengambil makanannya dengan cara menyaring makanan atau “filter feeding.”. Dalam memeliharaDaphnia agar tumbuh dan berkembang dilakukan pemupukan susulan yang bertujuan untuk menumbuhkan phytoplankton, baktekri dan organisme yang lainya. Pupuk susulan di lakukan 2 minggu sekali dengan dosis 30 % dari pemupukan pertama. Tetapi harus juga diingat dalam pemupukan susulan jumlah pupuk yang di berikan jangan berlebihan karena hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya blooming phytoplankton. Hal tersebut akan menaikan kadar amoniak tinggi dan perebutan oksigen.
Perkembanganbiakan Daphnia sp.
Daphnia sp. berkembang biak secara parthenogenesis (tanpa melakukan proses perkawinan) dan seksual atau kawin. Perbandingan jenis kelamin pada daphnia menunjukan keragaman dan tergantung pada kondisi lingkungannya pada lingkungan yang baik, hanya berbentuk individu betina tanpa individu jantan. Kondisi ini, telur akan dierami di dalam kantong pengeram hingga menetas anak daphnia sp. di keluarkan pada waktu pergantian kulit. di samping individu betina di hasilkan individu jantan yang dapat mendominasi populasi perbandingan 1 ; 27. Dengan munculnya jantan, populasi yang berekproduksi secara seksual akan membentuk efia atau resting egg di sebut juga siste yang akan menetas jika kondisi perairan baik kembali.
Daphnia sp. dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama 0,8 mm di hasilkan secara parthenogenesis. PDaphnia mulai muncul atau berkembang biak pertama kali pada umur 6-7 hari. Pada lingkungan yang suhu rata 22-24C dengan pH 7,5. Daphnia sp. sudah menjadi dewasa dalam waktu 4 hari dengan umur yang dapat mencapai 12 hari. Setiap satu atau dua hari sekali,Daphnia sp. akan beranak 29 ekor. Jadi selama hidupnya hanya dapat beranak tujuh kali dengan jumlah yang di hasilkan 200 ekor. (Gusrina, 2006).
Dalam masa pemeliharaan daphnia kita perlu mengamati kepadatannya. Hal ini dapat kita lakukan dengan cara pengambilan sampling. Apabila jumlah Dahnia yang ada sangat banyak, pertama-tama kita aduk bak tersebut lalu kita ambil daphnia yang ada di bak lalu kita ambil dan encerkan pada gelas 100 ml.Setelah di encerkan maka kita hitung di wadah penghitungan.
Pemanenan
Pemanenan di lakukan pada saat sinar matahari masuk pada perairan bak, karna pada waktu matahari masuk ke perairan maka Daphnia akan muncul sehingga dapat mempermudah dalam pemanenan Sebelum melakukan pemanenan, terlebih dahulu kita mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Alat yang di gunakan yaitu seser yang berukuran halus, mangkuk palstik dan sendok.
Langkah pertama dalam melakukan pemanenan menggunakan seser halus dengan cara mengaduk-aduk dalam wadah budidaya, agar daphnia mengumpul sehingga mudah untuk mengambilnya.Lalu daphnia di tangkap, Setelah daphnia di tangkap oleh seser maka Daphnia tersebut di ambil dengan menggunakan sendok lalu di paking denganmasukan ke dalam plastik yang sudah berisi air.

SUMBER :
Anonim. 2006. Daphnia Sp.   http://www.microcosmos.nl/vlooi/daphnia01.htm. [26April, 2010].
Casmuji. 2002. Penggunaan Supernatan Kotoran Ayam dan Tepung Terigu Dalam Budidaya Daphnia Sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Darmanto et al. 2000. Budidaya Pakan Alami untuk Benih Ikan Air Tawar. [Paper]. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Jakarta
Mokoginta I. 2003. Budidaya Daphnia. [Modul]. Direktorat Menengah Kejuruan . Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional.
Mufidah dkk. 2009. Pengkayaan Daphnia Spp. dengan Viterna terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus).http://journal.unair.ac.id/filerPDF/9_N

Jumat, 06 Juli 2018

BUDIDAYA CACING SUTRA (Tubifex. SP)


PENDAHULUAN


Cacing sutra (Tubifex) biasanya sering disebut dengan cacing rambut atau cacing darah karena warnanya sendiri menyerupai darah. Untuk ukuran cacing ini memang tergolong sangat kecil, mengingat ukurannya hampir 11-12 dengan rambut dengan panjang sekitar 1-3 cm. Cacing ini hidupnya membentuk koloni seperti semut, di perairan yang jernih kaya akan bahan organik. Kandungan tubuhnya terdiri dari 57% protein serta 13% lemak, oleh karenanya komposisi ini merupakan komposisi yang pas untuk pakan ikan ternak maupun ikan hias.
Biologi Cacing Rambut (Tubifex sp.)
1. Klasifikasi
Cacing rambut (Tubifex sp.) diklasifikasikan sebagai berikut
Phylum : Annelida
Kelas : Oligichaeta
Ordo : Haplotaxida
Familia : Tubificidae Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp.
2. Morfologi
Cacing Tubifex memiliki beberapa nama sesuai dengan ciri yang dimilikinya. Misalnya cacing ini disebut cacing merah atau cacing rambut atau cacing sutera. Disebut cacing merah karena sekujur tubuhnya berwarna merah, disebut cacing rambut karena bentuknya menyerupai rambut dengan panjang 2-3 cm, meskipun pernah ditemukan yang panjangnya 20 cm, dan dikenal sebagai cacing sutera mungkin karena selembut sutera.
Tubuh cacing Tubifex beruas-ruas. Cacing ini memiliki saluran pencernaan. Mulutnya berupa celah kecil, terletak di daerah terminal. Saluran pencernaannya berujung pada anus yang terletak pada bagian sub-terminal.
3. Habitat dan Sifat
Cacing Tubifex banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan. Cacing ini akan membenamkan kepalanya masuk ke dalam lumpur untuk mencari makanan. Sementara ujung ekornya akan disembulkan di atas permukaan dasar untuk bernafas. Perairan yang banyak dihuni oleh cacing ini sepintas tampak seperti koloni lumut merah yang melambai-lambai.
Kebiasaan makan dan cara makan cacing rambut ialah memakan detritus, alga benang, diatom atau sisa-sisa tanaman yang terlarut di lumpur dengan cara cacing membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel-partikel lumpur yang dapat dicerna di dalam ususnya. Cacing Tubifex tumbuh optimal pada suhu 18 - 20 °C. Pada suhu di atas 35°C cacing ini mati dan pada suhu dibawah 5°C dalam keadaan tidak aktif. Seperti biota air lain, cacing Tubifex membutuhkan oksigen untuk pernafasannya. Oksigen optimum untuk hidup dan berkembang biak adalah 3-8 ppm. Cacing Tubifex adalah hewan air tawar sehingga sangat peka terhadap perubahan salinitas. Cacing Tubifex tidak menyukai sinar, sehingga mudah ditemukan pada tempat-tempat yang teduh.

Langkah-langkah Budidaya Cacing Sutra

Persiapan Pembibitan
Anda bisa menemukan bibit cacing sutra di toko ikan hias, atau bisa juga langsung mendapatkannya di alam bebas dengan cacatan harus dikarantina terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindari bakteri patogen. Langkah-langkah karantina yaitu cacing dialiri air bersih selama 2-3 hari dengan debit air yang kecil dengan kandungan oksigen cukup. Langkah ini dilakukan untuk menghindari resiko bakteri patogen dan menjaga kesehatan cacing sebelum siap untuk dibudidayakan.
Persiapan Media Tumbuh
Budidaya cacing sutra dengan media nampan sebetulnya sudah bukan hal baru,mengingat cara ini sudah dilakukan semenjak awal tahun 2013, namun baru populer di masa sekarang. Budidaya ini menggunakan sistem SCRS (Semi Closed Resirculating System). Sistem ini meruapakan metode pengolahan dan penggunaan kembali air yang dipakai pada proses budidaya cacing sutra. Pengisian air baru dilakukan ketika air dalam nampan mengalami penyusutan akibat penguapan atau evaporasi.
Budidaya cacing sutra menggunakan nampan memiliki beberapa keuntungan,diantaranya:
1. Lebih hemat dalam pemakaian air
Air yang telah melalui susunan media pada media nampan ditampung pada wadah yang ada di bagian bawah rak dan selanjutnya dialirkan kembali ke media nampan yang paling atas dengan memakai pompa air atau dab.
2. Menghemat dalam Pemakaian Probiotik dan jenis Obat-obatan yang lain.
Probiotik dan obat-obatan yang telah dicampurkan pada media tumbuh atau substrat budidaya cacing sutra yang ikut kebawa arus air tidak langsung terbuang dengan percuma ke perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung di suatu wadah bagian bawah wadah rak bersama air dapat dipakai kembali dengan cara mengalirkan ke media yang terletak di paling atas dengan bantuan pompa air atau dab.
3. Tidak membutuhkan lahan yang luas, karena hanya menggunakan nampan yang tersusun secara vertikal. Anda pun dapat melakukannya sendiri di rumah, cukup simpel dan praktis dibanding jenis budidaya yang lain.
Agar kapasitas produksi cacing sutra menggunakan nampan bisa maksimal, sebaiknya Anda memperhatikan beberapa hal sebagai berikut,
1. Pilihlah nampan yang awet dan tahan pecah, sehingga bibit yang sudah ada di media tidak harus mengulang sedari awal budidaya yang pada umumnya membutuhkan waktu sekitar 50 – 57 hari mulai dari proses awal hingga sampai panen.
2. Gunakan material rangka penyangga nampan yang kuat, yang tahan terhadap cuaca untuk mencegah rapuh atau roboh.
3. Aturlah jumlah nampan sebanyak mungkin, dengan tetap mempertimbangkan kekuatan rangka
4. Semakin banyak rak susunan nampan, tentunya semakin tinggi jumlah produksi cacing sutra.

Persiapan Pembibitan
Dalam proses pembibitan , haruslah  bibit yang steril dari bakteri. Terutama jika bibit tersebut berasal dari alam. Caranya dengan mengkarantina bibit dalam wadah yang sudah dialiri air dengan debit rendah. Air yang digunakan juga harus bersih dan mengandung cukup oksigen, biarkan selama 3 hari. Jika tidak mau repot cukup membeli bibit di toko ikan hias.
Persiapan Media untuk Budidaya Cacing Sutra
Untuk persiapan habiata cacing sutra menggunakan lumpur yang diambil dari kolam pemeliharaan ikan misalnya ikan lele.  Namun bila sulit menemukannya bisa menggunakan  campuran lumpur sawah, kotoran ayam, ampas tahu, dedak dengan komposisi 5:1:1:1 dan ditambah bahan probiotik. Biarkan campuran lumpur ini selama satu minggu untuk proses fermentasi berlangsung dalam wadah tertutup (tong/gentong) dan diberi lobang angin kecil untuk kebutuhan oksigen selama proses fermentasi berlangsung. Setelah satu minggu media lumpur siap dijadikan habitat budidaya cacing sutra dengan ciri-ciri tidak menimbulkan bau busuk.

Untuk anda yang mengunakan nampan dengan sistem rak. Saluran masuknya air cukup ditaruh pada nampan paling atas. Kemudian beri lubang pada samping nampan  tepat ditengah. Sehingga nampan paling atas jika sudah terisi setengah kelebihan air akan mengalir pada nampan dibawahnya. Sebelum diisi air, campuran lumpur fermentasi  kemudian disebarkan ke masing-masing wadah (nampan) budidaya dengan ketebalan 4 – 5 cm biarkan selama satu minggu.
Bibit Cacing
Bibit cacing bisa diambil dari alam seperti sungai, selokan, parit yang kaya bahan organik atau dari hasil budidaya. Bibit cacing bisa diambil dengan bantuan serokan kain kasa halus dan diambil dengan hati-hati agar tidak banyak bibit cacing yang mati. Bibit cacing yang terkumpul kemudian dibersihkan dengan air bersih hingga gumpalan lumpur hilang dan tinggal cacing yang terlihat sudah bersih.
Proses Pemeliharaan
Bibit cacing yang sudah bersih kemudian disebarkan dalam wadah budidaya (nampan) dan selalu dikontrol untuk melihat apakah media budidaya sudah sesuai atau belum. Pakan cacing  Pakan cacing sutra bisa dibuat seperti halnya membuat lumpur media budidaya seperti di atas. Pemberian pakan hasil fermentasi ini bisa diberikan seminggu sekali ke dalam masing-masing wadah (nampan)  budidaya cacing. Dalam proses pemeliharaan perlu menjaga ketinggian air pada kisaran 5 cm.
Masa Panen
Panen perdana dilakukan setelah bibit cacing cacing dipelihara selama kurang lebih 60 hari. Panen berikutnya bisa dilakukan setiap minggu sekali. Panen dilakukan  dengan bertahap yaitu tidak mengambil keseluruhan cacing namum hanya mengambil lapisan media budidaya  kurang lebih 2 cm dari lapisan teratas. Hal ini dilakukan agar produksi atau panen dapat dilakukan secara kontinyu. Cara memanenya adalah , nampan plastik ditutup hingga gelap. Biarkan 5 jam, nanti cacing akan bergerombol di permukaan. Kumpulan cacing yang berwarna merah ini, ambil dengan tangan atau serok.

SUMBER :

BUDIDAYA BELUT DIKOLAM TERPAL


I.    PENDAHULUAN

Seperti telah diketahui bahwa belut memang gembongnya kaum ikan air  tawar, disebut sebagai gembong lantaran ikan ini gemar mencaploki ikan kecil yang masih lembut. Sifat buruk yang lain dari belut adalah kegemarannya merusak dan menggali galungan-galungan sawah, makanya belut ini sering dianggap sebagai hama yang perlu diberantas olah petani.
Sebagai lauk, belut merupakan jenis ikan yang banyak disukai bahkan dirumah makan Padang goreng dan dendeng belut merupakan hidangan yang banyak digemari, dan bahkan dalam forum international pun belut merupakan sumber protein hewani yang dianjurkan . Berikut ini perbandingan kandungan Gizi Belut dibanding dengan sumber gizi lain seperti telur dan daging sapi.
Tabel 1. Perbandingan zat gizi dalam belut, telur dan daging sapi
NO
ZAT  GIZI
BELUT
TELUR
DAGING SAPI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Fospor
Kalsium
Zat  Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
A i r
303
14,0  gr
27,0  gr
0,0  gr
200      gr
20     mg
20     mg
1.600 SI
0,10 mg
2,0  mg
58   gr
162
12,8 gr
11,5 gr
0,7  gr
180 gr
54 mg
2,7 mg
900 SI
0,10 mg
0,0   mg
74,0 gr
207
18,8 gr
14,0 gr
0,0 gr
170 gr
11 mg
2,8 mg
30     SI
0,08 mg
0,0  mg
66   gr
Dalam forum international dianjurkan belut sebagai sumber gizi ikan pernah dipromosikan pemasarannya dalam  “ Kongres Gizi Asia III “ di Hotel Indonesia Jakarta pada tanggal 7 – 10 Oktober 1980.
II. DISKRIPSI BELUT
a.   Klasifikas
Dalam ilmu pengetahuan belut ini termasuk jenis ikan darat/air tawar yang diklasifikasikan :
Class                   : Pisces
Sub Class             : Teleoski
Ordo                    : Syunbrnchoidae
Famili                              : Syubranchidae
Genus                              : Fluta
Spesies                            : Fluta alba
Jenis ikan yang tidak mempunyai sirip atau anggota lain untuk bergerak, tidak mempunyai sisik, dan kulitnya licin mengeluarkan lendir, mata kecil tertutup kulit, gigi runcing kecil berbentuk kerucut.
b.   Habitat
Ikan ini lebih menyukai hidup didalam Lumpur atau genangan air tawar yang tak mengalir dan tidak betah kena cahaya dan ikan ini juga mampu hidup dalam air dengan kadar oksigen yang sangat rendah. Karena belut mempunyai alat pernapasan tambahan yakni berupa kulit tipis berlendir yang terdapat dirongga mulut, alat ini
Hal lain yang sangat menarik perhatian pada belut adalah kelaminnya yang hemaphrodit, yang mana belut yang berumur muda adalah berjenis kelamin betina (berukuran ± 10-30 cm) sementara yang jantan berukuran lebih panjang lagi (ukurannya diatas 30 cm). Pada dasarnya belut punya kebiasaan makan bersifat Carnivora atau pemakan daging, dimasa kecil suka makan jasad renik dari jenis zooplankton atau zoobenthos. Belut dewasa memakan jenis binatang yang lebih besar lagi seperti larva serangga, cacing , jentik, siput bahkan benih ikan kecil.
III. CARA BUDIDAYA BELUT
Budidaya belut agak sedikit lebih sulit, tidak seperti budidaya lele atau ikan lain yang pemeliharannya tidak membutuhkan perhatian khusus. Berikut beberapa ketentuan lokasi yang baik untuk budidaya belut:
Secara umum belut bisa dibudidaya di segala tempat, tidak terpengaruh oleh kondisi iklim dan kelembaban udara.
Meski tidak terpengaruh dengan kondisi iklim dan kelembaban udara, tetapi belut sangat rentan terhadap lingkungan yang tidak kondusif, seperti limbah, sampah beracun dan obat-obat kimia.
Temperatur udara yang paling baik untuk budidaya belut berkisar antara 25-31 derajat celcius.
Pilih lokasi yang tidak terkena matahari secara penuh, belut hanya membutuhkan sinar matahari secukupnya saja, terlebih untuk pembibitan belut.

1.   PERSIAPAN SEBELUM MENEBAR BENIH

Setelah pembuatan kolam terpal sudah selesai, sekarang saatnya menyiapkan media pemeliharaan yang akan di masukkan ke dalam kolam, dengan uratan berikut :
-     Lapisan pertama membuat jerami setinggi 10 cm
-     Lapisan ke dua tambahi pupuk urea dan NPK secukupnya
-     Lapisan ke tiga, berikan lumpur sawah setinggi 5 cm
-     Lapisan ke empat, tambahi dengan pupuk kandang setinggi 5 cm
-     Lapisan ke lima, beri lumpur sawah kembali setinggi 5 cm
-     Lapisan ke enam, beri cincangan batang pisang setinggi 10 cm
-     Lapisan ke tujuh tambahi lumpur sawah sekali lagi setinggi 15 cm

Untuk mempercepat fermentasi media diatas pupuk kandang dan kompos dapat digunakan fermentor atau pupuk cair dengan kandungan mikroba organik seperti EM 4, Nasa, Superfarm, atau yang lainnya yang mudah didapatkan dipasaran (tuangkan secara merata dengan dosis 500 ml untuk kolam ukuran    3 m x 2 m).  Media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi selama kurang lebih 2 sampai 3 minggu, atau paling lama 1 bulan sehingga bibit/benih belut yang akan dibudidayakan. Untuk mengetahui media sudah matang dengan menancapkan bambu/paralon sampai ke dasar kolam angkat pelan-pelan ke atas bila timbul gelumbung bening dan tidak berbau maka media sudah matang. Setelah media matang alirkan air selama 3 – 4 hari untuk menghilangkan racun dan diamkan selama 1 hari baru bibit boleh ditebar.
Pakan dan kebiasaan makan belut
Belut merupakan hewan carnifora alias pemangsa binatang lain, secara alami memakan binatang kecil yang masih hidup seperti siput, cacing, anak ikan, bekicot dll. Pakan mulai diberikan setelah benih masuk ke kolam perbesaran setelah 3 hari atau hari ke 4 jadi tidak di benarkan memberikan pakan buatan / palet setiap hari harus berseling 2 atau 3 hari sekali ini di maksud untuk mendapatkan hasil produktivitas secara maximum. Jumlah pakan yang diberikn harus sesuai dengan pertumbuhan belut itu sendiri. Sebagai gambaran bulan pertama pemeliharaan diperlukan 5 % dr jumplah / berat benih yang di tebar ( misalkan 40 kg benih diperlukan 2 kg pakan).umur 1~2 bulan sebanyak 6,5 %, bulan ke 2~3 sebanyak 8 % dan 3~4 bulan sebanyak 10 %.
Pemberian pakan pada belut biasanya memakai pakan alami, karena belut lebih suka yang alami. karena belut termasuk ikan karnivora maka yang disukai belut adalah:
§  Caing tanah
§  Keong mas atau sawah
§  Bekicot
§  Cacing Sutera
§  Kepiting air tawar
§  Ikan-ikan kecil
§  Jasd renik / plankton
Selain itu jika ingin membuat pakan buatan maka bisa dicoba dengan membuat pasta dengan komposisi berikut :
1.     Bahan – bahan takaran jadi 1 kg pasta
Daging (berupa ikan-ikan kecil atau keong atau  
   bekicot) 750 gr
– Pelet ikan sebanyak 200 gr
– Tepung tapioka sebanyak 1 sendok makan (sdm)
   untuk setiap 1 kg pasta yang akan dibuat.
– air secukupnya
2. Cara pembuatan pakan
– Giling bahan daging hingga halus
  Lunakkan pelet dengan cara membasahinya dengan air
 Campurkan semuanya mulai dari daging gilingan dan     pelet yang sudah lunak dan tepung tapiokanya, aduk hingga tercampur dengan merata
  Giling campuran daging dan pelet tadi agar lebih halus dan tercampur merata.
3. Cara penaburan pasta untuk pakan belut
  Bentuk adonan pasta seperti adonan cireng
  Taruh pada tempat seperti para-para atau tempat pakan terbuat dari jaring atau tali rafia.
  taruh wadah pakan pada aliran/ kamalir kolam belut
  Perlu diingat, pasta tidak bisa disimpan lama karena hanya bisa bertahan maksimal 12 jam penyimpanan dan di dalam lemari es.
Hama dan Penyakit
1)   Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2)   Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak,burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
3)   Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing.
Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri,jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
Panen
Panen dilakukan pada akhir pemeliharaan belut yang siap untuk dijual untuk konsumsi (besar/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara panen belut sama seperti panen ikan lainnya yaitu dengan menangkap belut menggunakan tangan, atau dengan alat tangkap seperti bubu, jaring yang bermata lembut, setelah air kolam dikeringkan.
Sumber :
-     Razi F. 2013. Penanganan Hama dan Penyakit Pada Belut
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.