PENDAHULUAN
Ikan
Papuyu merupakan ikan lokal air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan
digemari oleh masyarakat Kalimantan terutama masyarakat Kalimantan
Selatan. Untuk itu diperlukan usaha
pembenihan guna menjaga kontinuitas suplai benih ikan papuyu yang berkualitas.
Usaha pembenihan bertujuan untuk menghasilkan benih
yang banyak dan berkualitas, sehingga tidak tergantung pada ketersedian di alam
yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi bududaya ikan dan meningkatkan
pendapatan pelaku utama perikanan serta dapat meletarikan plasma nuftah
khususnya ikan papuyu.
Sisternatika
ikan papuyu menurut Hasanudin Saanin (1984), adalah sebagai berikut :
1.
Klasifikasi
Phylum :
Chordata
Sub
phylumm : Vertebrata
Kelas :
Pisces
Sub
kelas : Teleostei
Ordo :
Labyrinthici
Family :
Anabantidae
Genus :
Anabas
Spesies : Anabas
testudeneus Bloch
Beberapa nama
daerah ikan papuyu yaitu betik (Jawa dan Sunda), puyu (Malaya), puyo‑puyo
(Bintan), Geteh‑geteh (Manado) dan Kusang (Danau Matanua).
2. Morfologi
Secara morfologis bentuk tubuh ikan papuyu agak lonjong dan menjadi pipih
kebagian belakang, ukuran kepala lebih besar dari badan dan mulutnya tidak
dapat disembulkan sebagaimana ikan mas. Semua bagian badan dan kepala bersisik
kasar dan besar‑besar dengan warna agak kehijauan. Sirip ekor
bentuknya bulat, jari‑jari keras dan sirip perut serta kelopak insang dapat
digerakkan dan dapat digunakan untuk bergerak (berjalan) dipermukaan tanah.
Beratnya di alam dapat mencapai 250 gram per ekor.
Ikan papuyu
banyak ditemui di perairan umum seperti danau, sungai, rawa dan genangan air
tawar lainnya. Daerah penyebarannya meliputi Kalimantan, Sumatera, lawa,
Sulawesi dan Papua. Dialamnya ikan papuyu tumbuh normal pada kisaran kualitas
air untuk suhu 240C ‑340C dan derajat keasaman (pH) 4 ‑
8. Ikan papuyu tahan terhadap kekeringan dan kadar oksigen yang rendah.
Biasanya tahan hidup selama 1 minggu tanpa air dan tinggal dalam lumpur selama
1 ‑ 2 bulan.
3. Pematangan
Gonad
Induk ikan
papuyu yang sudah dewasa bisa dipelihara dalam kolam semi permanen, maupun bak
fiber/semen dengan ke dalaman air antara 50 ‑ 80 cm. Dinding pematang
diusahakan tidak terlalu miring dan tinggi permukaan air kolam dengan pematang
tidak kurang dari 50 cm. Hal ini untuk menghindari ikan papuyu keluar kolam
dengan cara memanjat dinding pematang.
Ikan papuyu yang dijadikan induk
minimal mempunyai berat 90 gram untuk betina dan 30 gram untuk jantan, tubuh
segar, tidak cacat serta gerakannya lincah. Umur induk yang baik minimal 10
bulan. Selama masa pematangan gonad diberi pakan pelet sebanyak 5 % perhari
dengan frekuensi pemberian 2 kali pada pagi dan sore hari.
4. Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam pemeliharaan induk, kemudian dilakukan penangkapan induk
secara hati‑hati menggunakan serok agar tidak terluka.
Induk yang tertangkap dikumpulkan dan
ditampung dalam baskom untuk diadakan seleksi. Apabila di dapatkan induk yang
matang gonad, segera dipisahkan dalam wadah khusus berupa bak semen atau fiber
untuk diberok selama 1 hari. Adapun ciri‑ciri induk papuyu yang matang gonad :
Betina :
· Tubuh gemuk dan lebar
· Warna agak gelap bila dibandingkan dengan jantan
· Alat kelamin / urogenitainya berwama kemerah‑merahan
· Bila bagian perut diurut akan keluar telur.
Jantan :
· Tubuh ramping dan panjang
· Warna lebih cerah bila dibandingkan dengan betina.
· Bila bagian perut diurut akan keluar sperma berwarna putih
susu.
· Perut bagian bawah rata
Ikan papuyu memijah sepanjang musim
penghujan dengan frekunsi 2 ‑ 3 kali memijah dengan jumlah telur (fekunditas)
antara 5.000 ‑ 15.000 butir.
Pemijahan dilakukan dengan cara induced breeding
(kawin suntik) menggunakan horman ovaprim sebagai perangsang ovulasi. Dosis
hormon 0,5 ml/kg induk dengan perbandingan induk jantan dan betina dalam ukuran
berat yaitu 1 : 1. Pemijahan dapat dilakukan di akuarium,
baskom plastik atau bak fiber/semen.
Penyuntikan dilakukan secara
intramuscular pada bagian punggung. Induk betina dilakukan 2 kali penyuntikan
dan induk jantan hanya 1 kali penyuntikan. Interval waktu penyuntikan I dan
penyuntikan II adalah 6 jam.
Penyuntikan induk jantan bersamaan
waktunya dengan penyuntikan II pada induk betina. Setelah dilakukan
penyuntikan, kedua induk di tempatkan dalam satu wadah sampai terjadi ovulasi
dan pemijahan secara alami.
Setelah terjadi proses pemijahan segera pindahkan kedua induk
ke tempat lain agar tidak mengganggu proses penetasan telur dan pemeliharaan
larva. Waktu ovulasi antara 5 ‑ 10 jam setelah penyuntikan II induk betina,
dalam waktu 20 ‑ 24 jam telur akan menetas pada suhu 260C ‑ 290 C.
5. Pemeliharaan Larva
Pada kondisi normal prosentasi telur yang
dibuahi biasanya mencapai 95% dengan daya tetas juga 95%. Larva yang
baru menetas tidak perlu diberi makanan tambahan sebab masih mempunyai cakang
dangan makanan dari kantong kuning telur (yolk
egg) sampai larva berumur 4 hari.
Pada hari ke 5 larva sudah bisa dipelihara dikolam pendederan
dan diberi makanan tambahan berupa suspensi kuning telur. Pendederan larva
dilakukan di kolam semi permanen dimana sebelumnya terlebih dahulu dilakukan
pengolahan lahan. Selain dilakukan penjemuran kolam dilakukan pengapuran dengan
dosis 250 gr‑am/m2 dan di pupuk dengan pupuk kandang dengan dosis 500 gram/m2.
Setelah itu kolam diisi air dan dibiarkan selama 3 hari untuk menumbuhkan pakan
alami. Pendederan sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali, pendederan I dilakukan
selama 45 hari dengan padat tebar 50 ekor/m2. Selama pendederan I benih ikan
papuyu diberi pakan tambahan berupa pelet ukuran kecell (powder) sebanyak 10 ‑
20% dari bobot biomassa perhari dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari.
Selama 45 hari pemeliharaan, benih akan mencapai ukuran 1 ‑ 3 cm dan bisa
dillanjutkan untuk pendederan II. Masa pemeliharaan pada pendederan II antara 3
‑ 4 bulan hingga mencapai ukuran 7 ‑ 10 cm. Selama pendederan II diberi makan
pelet sebanyak 5% dari bobot biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali
sehari. Setelah pendederan II ini selanjutnya benih tersebut bisa dipersiapkan
sebagai calon induk atau untuk usaha pembesaran.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar