I.
PENANGANAN PASCA PANEN
Ikan segar adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama seperti
hidup, baik rupa, bau, rasa maupun teksturnya. Dengan kata lain, ikan segar
adalah seperti berikut : 1. Ikan yang baru saja ditangkap dan belum mengalami
proses pengawetan maupun pengolahan lebih lanjut 2. Ikan yang belum mengalami
perubahan fisik maupun kimiawi atau yang masih mempunyai sifat sama seperti
ketika ditangkap Kesegaran ikan dinilai berdasarkan sejauh mana ikan tersebut
masih segar dan sebaliknya. Kualitas bahan dasar sangat menentukan hasil akhir
pengolahan. Jika kualitas bahan dasarnya rendah, produk yang dihasilkan dalam
pengolahan mempunyai mutu yang kurang baik. Sebaliknya jika bahan dasarnya
berkualitas baik, maka produk yang dihasilkan juga akan bermutu tinggi (jika
pengolahannya berjalan normal). Baik dan tidaknya kualitas bahan dasar
dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
– Faktor Intrinsik Adalah sifat-sifat yang dipengaruhi oleh gen (pembawa
sifat), umur, jenis kelamin, jenis (species). Faktor Intrinsik sukar
dikendalikan, karena faktor-faktor ini melekat pada bahan – Faktor Ekstrinsik
Adalah perlakuan-perlakuan yang dikerjakan oleh manusia terhadap bahan,
misalnya cara-cara penangkapan ikan, pengapalan, pendaratan, pengesan,
penyiangan, pencucian, pendinginan, pembekuan dsb. Faktor Ekstrinsik dapat
diatur, karena yang melakukan adalah manusia. Semua perlakuan terhadap bahan
sebelum dilakukan pengolahan, merupakan faktor ekstrinsik Penanganan ikan
setelah penangkapan memegang peranan penting untuk memperoleh nilai jual ikan
yang maksimal. Sejak hasil perikanan ditangkap, akan mengalami serangkaian
perlakuan sampai diolah menjadi berbagai macam produk. Secara umum penanganan
pasca tangkap hasil perikanan, bertujuan menyediakan dan mempertahankan tingkat
kesegaran ikan. Sifat kesegaran ikan dapat dipertahankan dengan menurunkan suhu
tubuh ikan dan lingkungannya. Namun dewasa ini tingkat kesegaran ikan dapat
dimanipulasi dengan menggunakan bahan tambahan pangan yang berfungsi untuk
mengawetkan kesegaran ikan.
II. PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Penggunaan bahan tambahan pangan dalam produk-produk makanan,
dimaksudkan untuk :
– Mengawetkan produk makanan
– Memberikan warna, agar produk makanan lebih menarik
– Menghemat biaya produksi
– Meningkatkan cita rasa
– Memperbaiki tekstur produk makanan.
Bahan pengawet makanan adalah bahan yang ditambahkan pada
makanan untuk mencegah atau menghambat menjadi rusak atau busuknya makanan.
Maksud dan tujuan dari pada penggunaan bahan pengawet makanan adalah untuk
memelihara kesegaran
dan mencegah kerusakan makanan atau bahan makanan. Beberapa
pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan menjadi tengik
yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan tersebut.
Pengawet yang diizinkan (Permenkes No.722/1988) adalah : Asam
Benzoat, Asam Propionat. Asam Sorbat, Belerang Dioksida, Etil p-Hidroksi
Benzoat, Kalium Benzoat, Kalium Bisulfit, Kalium Meta Bisulfit, Kalkum Nitrat,
Kalium Nitril, Kalium Propionat, Kalium Sorbat, Kalium Sulfit, Kalsium Benzoit,
Kalsium Propionat, Kalsium Sorbat, Natrium Benzoat, Metil-p-hidroksi Benzoit,
Natrium Bisulfit, Natrium Metabisulfit, Natrium Nitrat, Natrium Nitrit, Natrium
Propionat, Natrium Sulfit, Nisin dan Propil-p-hidroksi-benzoit.
Bahaya penggunaan zat pengawet yang tidak diizinkan, sebagai
contoh penggunaan formalin yang sering digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie
basah dapat menyebabkan : kanker paru-paru, gangguan pada jantung, gangguan
pada alat pencernaan, gangguan pada ginjal dll. Pengertian Formalin adalah
larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Formalin dikenal sebagai
bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Karena
pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang
dan pakaian, Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain, bahan pembuatan sutra
buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak.
Kegunaan formalin
• Pengawet mayat
• Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.
• Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca
• Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.
• Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
• Bahan untuk pembuatan produk parfum.
• Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
• Pencegah korosi untuk sumur minyak
• Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin
digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih
barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu,
shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.
Penggunaan Formalin yang salah Beberapa contoh prduk yang sering
diketahui mengandung formalin misalnya –
1. Mie Basah – Pada suhu kamar (250 C), Mie basah tidak
mengalami kerusakan sampai 2 hari – Pada suhu lemari es (100 C), Mie basah akan
bertahan sampai lebih dari 15 hari – Aroma agak menyengat (bau formalin) –
Tampilan Mie lebih mengkilap dibanding mie normal – Tidak lengket
2. Tahu – Pada suhu kamar (250 C) Tahu berformalin tidak
mengalami kerusakan sampai 3 hari – Pada suhu lemari es (100 C) Tahu
berformalin akan bertahan sampai lebih dari 15 hari – Aroma agak menyengat (bau
formalin) – Tampilan Tahu berformalin lebih keras, namun tidak padat.
3. Bakso – Pada suhu kamar (250 C) Baso berformalin tidak
mengalami kerusakan sampai 5 hari – Tekstur baso sangat kenyal
4. Ikan segar – Pada suhu kamar (250 C) ikan berformalin tidak
mengalami kerusakan sampai 3 hari – Warna insang pucat kusam agak keputihan
(tidak cemerlang) – Aroma agak menyengat (bau formalin) – Warna daging ikan
putih bersih, tekstur kenyal & bau asam
5. Ikan asin – Pada suhu kamar (250 C) Ikan asin berformalin
tidak mengalami kerusakan sampai lebih dari 1 bulan – Warna bersih dan cerah –
Tidak berbau khas ikan asin & tidak mudah hancur – Tidak dihinggapi lalat
bila ditaruh ditempat terbuka Makanan yang mengandung formalin umumnya awet dan
dapat bertahan lebih lama.
Formalin dapat dikenali dari bau yang agak menyengat dan
kadang-kadang menimbulkan pedih pada mata. Bahan makanan yang mengandung
formalin ketika sedang dimasak kadang-kadang masih mengeluarkan bau khas
formalin yang menusuk. lIkan dan ayam yang mengandung formalin akan lebih putih
dagingnya dan awet Ciri-ciri produk pangan perikanan yang mengandung formalin.
Kadar formalin pada produk perikanan di pasar swalayan modern :
1. Ekor Kuning segar 0,4 ppm
2. Bawal Hitam segar 1,0 ppm
3. Teri Spesial asin 0,6 ppm Kadar formalin
pada produk perikanan di pasar tradisonal :
1. Kerang Kupas segar 0,4 ppm
2. Ikan petek asin 0,6 ppm
3. Ikan Layang asin 1,5 ppm 1. Ikan Sepat asin 0,6 ppm 2. Ikan
layur asin 0,6 ppm 3. Teri Nasi asin 630 ppm
4. Cumi asin 12 ppm
5. Ikan Kapasan 6 ppm
6. Ikan kembung Peda 0,6 ppm
Bahaya formalin pada kesehatan : Dalam jangka
pendek (akut), bila tertelan formalin maka mulut, tenggorokan dan perut terasa
terbakar, sakit menekan, mual, muntah dan diare, dapat terjadi pendarahan,
sakit perut hebat, sakit kepala, hipotensi, (tekanan darah rendah), kejang,
tidak sadar hingga koma. Disamping itu formalin juga menyebabkan kerusakan
jantung, hati, otak, limpa, pankreas, sistem saraf pusat dan ginjal. Jangka
panjang (kronik), mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek
sampingnya tampak setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin
dalam tubuh. Timbul iritasi pada saluran pernafasan, muntah, sakit kepala, rasa
terbakar pada tenggorokan, dan rasa gatal di dada. Pada hewan percobaan dapat
menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen
(menyebabkan kanker). Tanda dan gejala keracunan formalin Menyebabkan rasa
terbakar pada mulut, saluran pernafasan dan perut, sulit menelan, diare, sakit
perut, hipertensi, kejang dan koma. Kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pankreas, sistem susunan saraf pusat dan gangguan ginjal. Berdasarkan temuan
patologis, formaldehid merusak jaringan dan menyusutkan selaput lendir, juga
merusak hati, ginjal, jantung dan otak
Bagaimana mencegah Makanan/Olahan agar tidak rusak
1. Gunakan bahan baku yang baik.
2. Bersihkan semua alat sebelum digunakan.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja.
4. Masaklah pangan secara seksama dan sempurna untuk membunuh
mikroorganisme yang ada di dalamnya.
5. Simpanlah pangan di tempat yang sesuai. Selain dengan cara
seperti di atas, untuk menghindari/mencegah serta menghambat pertumbuhan
bakteri dalam pangan agar lebih tahan lama dilakukan proses pengawetan pada
pangan/makanan. Selain menentukan bahan baku yang baik dengan mengetahui mutu
ikan secara organoleptik, maka Sanitasi dan Higienis atau kebersihan dan
kesehatan, merupakan masalah yang dalam suatu pengolahan ikan. Perhatian
terhadap masalah tersebut tidak dapat ditunda atau ditawar lagi, terutama jika
kita menginginkan produk yang diinginkan bermutu tinggi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha pengolahan ikan
:
1. Semua permukaan peralatan yang berhubungan langsung dengan
semua bahan dan produk harus mudah diperikasa dan dibersihkan untuk mengurangi
kemungkinan kontaminasi bakteri.
2. Membiasakan diri mencuci peralatan sebelum dan sesudah
digunakan serta membersihkan peralatan dan lantai setiap kali proses terhenti,
baik karena istirahat atau proses selesai.
3. Membiasakan diri untuk selalu membersihkan diri, mencuci
tangan setiap kali hendak memegang ikan atau produk lain.
4. Selalu mengunakan pakaian kerja yang bersih, tanpa perhiasan
atau asesoris lain dan menggunakan penutup kepala.
Sumber
:
-
Modul memilih bahan
baku ikan untuk pengolahan, Kementrian Kelautan dan Perikanan
-
Karyono dan Wachid,
1982. Petunjuk Praktek Penanganan Pengolahan Ikan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
-
Rabiatul Adawyah,
M.P, 2006; Pengolahan dan Pengawetan Ikan, Bumi Aksara, Jakarta
-
Balai Besar
Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, 2009. Patin dan Produk Olahannya, Jakarta.
-
Anonymous, 2013;
Kumpulan Hasil Penerapan Inovasi Teknologi, Alat dan Mesin, Desain Layout,
Ruang Lingkup Pengujian dan Monitoring Hasil Perikanan, Balai Besar
Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.