1.
PENDAHULUAN
Ada dua kelompok besar yang dapat menyebabkan ikan terserang
sakit. Pertama penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut dengan
penyakit parasiter. Kedua, penyakit yang bukan disebabkan oleh jasad hidup,
tetapi lebih disebabkan oleh faktor fisika dan kimia perairan yang disebut penyakit
non-parasiter.
Penyakit parasiter banyak disebabkan oleh jasad renik, berupa
bakteri, jamur, virus, protozoa, nematoda dan udang renik. Sementara itu,
penyakit non-parasiter disebabkan oleh buruknya kualitas pakan atau tercemarnya
air oleh zat kimia tertentu.
Salah satu penyakit parasiter yang sering menyerang ikan gurame
adalah penyakit TBC.
2.
Penyebab Penyakit TBC Pada Ikan Gurami
Penyakit TBC sudah menjadi momok bagi para pembudidaya ikan
gurami. Penyakit ini dapat menimbulkan
kematian hingga 30 – 70 %. Bahkan jika
lingkungan kurang mendukung, seperti air kotor dan suhu dingin, tingkat
kematiannya dapat melebihi angka tadi.
Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya secara kuantitas, tetapi harga
jualnya pun turun karena tampilan ikan jelek.
Penyakit TBC disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium sp., terutama Mycobacterium
fortuitum. Parasit Mycobacterium fortuitum akan menyerang
ikan gurami, terutama ikan yang sedang stres.
Stres pada ikan gurami dapat disebabkan oleh kualitas air yang jelek. Kualitas air kolam yang menurun dapat
disebabkan adanya tumpukan limbah di dasar kolam. Keadaan ini menyebabkan bahan organik
terlarut meningkat dan pH air menurun.
Pada keasaman yang tinggi, oksigen terlarut menjadi sedikit dan bakteri
yang berkembang menjadi lebih patogenik sehingga ikan gurami mudah stres.
Perbedaa suhu yang ekstrim antara malam dan siang (10 – 15ºC) juga
dapat mengakibatkan ikan lemas dan stres.
Karena itu, serangan penyakit ini biasanya akan mengganas pada peralihan
musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya.
Jika suhu air di bawah 26ºC, bakteri dengan mudah menembus sistem
pertahanan ikan.
3.
Ciri-Ciri Ikan Gurami Yang Terserang Penyakit TBC
Gejala ikan gurami yang terserang penyakit TBC di antaranya nafsu
makan berkurang. Akibatnya, sistem peredaran darah akan terganggu. Selain itu, adanya serangan bakteri atau
patogen akan merangsang produksi lendir yang berlebih. Lendir ini berfungsi sebagai benteng pertahanan. Semakin gencar serangan bakteri, lendir yang
dikeluarkan pun semakin banyak. Akibat
produksi lendir yang berlebihan, lama-kelamaan kulit ikan gurami mengering dan
terkelupas.
Gejala lain ikan gurami terserang penyakit TBC adalah kulitnya
menjadi lebih gelap dan timbul bercak merah hingga pendarahan di sekujur
badan. Bercak merah biasanya terlihat
pertama kali di pangkal ekor atau di daerah sekitar anus. Jika bakteri lama berada di dalam badan ikan
gurami, maka akan muncul benjolan-benjolan kecil dan bagian perut ikan
membengkak (dropsy). Bahkan, mata ikan gurami akan menonjol
seperti hendak jatuh. Benjolan atau
pembengkakan ini disebabkan adanya pertumbuhan granuloma atau tubercle. Jika benjolan tersebut dibedah akan tampak
granuloma berupa bintil-bintil kecil berwarna kemerahan, Granuloma ini merupakan hasil metabolisme
bakteri Mycobacterium fortuitum. Granuloma juga dapat menyebar ke organ lain,
seperti ginjal, hati, dan limpa.
Penyakit TBC bersifat zoonisis, yaitu selain menginfeksi ikan, juga
dapat menyerang manusia. Karyawan yang
sering menangani ikan sakit dapat tertular penyakit ini jika tidak segera
mencuci tangan. Jika terinfeksi biasanya
akan timbul bintik-bintik atau koreng pada kulit kita. Dengan kemampuan virulensi yang tinggi,
infeksi ini dapat menyebar dengan cepat.
4.
Cara Mengobati Ikan Gurami Yang Terserang Penyakit TBC
Penyakit TBC pada ikan gurami termasuk penyakit yang sulit
diobati. Jika seekor gurami terserang
bakteri mematikan ini, seisi kolam dapat tertular. Penularan dapat terjadi melalui air, kontak
tubuh, atau peralatan yang digunakan.
Namun, jika sudah terjadi serangan dapat diatasi dengan menggunakan
antibiotik Rifampisin dosis 10 – 20 mg/kg atau Etambutol-HCL dosis 15 – 20
mg/kg bobot tubuh ikan. Pengobatan ini
memerlukan waktu sekitar enam bulan, bahkan lebih.
Penyakit TBC juga bisa diobati dengan tanaman obat daun
kipahit. Daun kipahit pada konsentrasi
10.000 mg/liter dapat membunuh pertumbuhan bakteri. Ikan yang terserang penyakit TBC (Bakteri Mycobacteriosis sp.), bisa diobati
dengan cara perendaman. Ikan dipisahkan
ke wadah tersendiri rendam kurang lebih 4 – 5 jam.
5.
Cara Pencegahan Agar Ikan Gurami Tidak Terserang Penyakit TBC
Melihat proses pengobatan yang memakan waktu lama dan obat yang
digunakan juga banyak, otomatis biaya yang dikeluarkan juga bertambah. Karena itu, satu-satunya jalan yang efektif
agar ikan gurami tidak terserang panyakit TBC adalah dengan melakukan upaya
pencegahan. Pencegahan dapat dilakukan
melalui perawatan kolam yang benar, menjaga kualitas air tetap baik, dan
memberikan pakan yang benar. Perawatan
kolam dilakukan dengan cara membersihkan kolam setelah proses pemanenan. Lumpur dan kotoran yang mengendap di dasar
kolam diangkat. Lapisan tanah di dasar
kolam dibalik, lalu ditabur kapur pertanian sebanyak 100 – 150 gr/m2. Jika tanah dasar kolam bereaksi asam, dosis
kapur bisa ditambah mencapai 200 gr/m2.
Selain sebagai desinfektan, kapur juga berguna untuk meningkatkan pH
air. Setelah diberi kapur, kolam dijemur
selama 1 minggu.
Sebelum dimasukkan ke dalam kolam, benih ikan gurami sebaiknya
diaklimatisasi agar terhindar dari stres.
Caranya dengan menambahkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam
kantong pengangkutan. Setelah itu
kontong pengangkutan yang sudah terbuka itu diapungkan di atas permukaan air
kolam dan ikan dibiarkan keluar dengan sendirinya.
Supaya ikan gurami tidak mudah terserang penyakit, gurami
sebaiknya diberi imunostimulan.
Misalnya, vitamin C dosis 150 – 500 mg/ kb bobot tubuh, yang diberikan
selama 7 – 10 hari setelah benih ikan ditebar.
Selain vitamin C, benih gurami juga dapat diberi lipopolisakarida dosis
10 mg/liter. Untuk menekan pertumbuhan
bakteri, pakan ikan gurami dapat ditambah dengan probiotik yang banyak dijual
dipasaran.
Sumber: