Jumat, 06 April 2018

BUDIDAYA IKAN SISTEM RAS (RECIRCULATING AQUACULTURE SYSTEM)



Beragam inovasi terus dikembangkan Pemerintah Indonesia untuk mengangkat sektor perikanan budidaya sejajar dengan sektor yang sama di level internasional. Yang paling mutakhir, inovasi berhasil dibuat untuk sistem teknologi Recirculating Aquaculture System (RAS). Di negara perikanan maju seperti Norwegia, teknologi tersebut sudah biasa digunakan.

Sistem budidaya resirkulasi adalah system budidaya ikan dimana air dalam kolam budidaya disirkulasi kembali melalui proses sedemikian rupa sehingga kotoran ikan, sisa pakan, dan senyawa serta gas beracun hasil efek samping dari kotoran ikan dapat dijebak dalam tangki pengendapan dan filtrasi.
Setelah melalui tahapan tersebut, air yang kembali kedalam kolam , kandungan kotoran dan kandungan senyawa berbahaya sudah hilang, paling tidak berkurang.
Dengan proses tersebut diharapkan air yang kembali kekolam tetap stabil dan sehat, sehingga bakteri pathogen tidak berkembang, kesehatan dan daya tahan ikan terjaga, nafsu makan ikan tidak menurun, sehingga pertumbuhan ikan tidak terhambat dan tingkat kematian dapat diminimalisir.

PENGERTIAN

Resirkulasi pada dasarnya terdiri dari dua buah kata yaitu re-yang berarti kembali dan sirkulasi-yang berarti peredaran. Resirkulasi pada sistem budidaya merupakan suatu cara/teknologi untuk memanfaatkan media budidaya (air) yang telah digunakan dalam sistem produksi untuk digunakan kembali layaknya air yang baru. Dengan menggunakan berbagai treatment dan filter baik itu  mekanis dan/atau biologis dalam wadah terkontrol, air sisa/air buangan/air limbah budidaya yang seharusnya dibuang dapat dimanfaatkan kembali. Hal ini tentunya akan sangat menghemat waktu, biaya dan juga air yang digunakan untuk proses pergantian air.
Dalam media budidaya, pakan yang tidak termakan dan sisa feses akan terakumulasi di perairan dalam bentuk amoniak. Jumlah akumulasi amoniak yang besar di dalam perairan ini tentunya berbahaya untuk biota yang hidup di dalamnya dan harus segera dihilangkan dengan cara rutin melakukan pergantian air. Namun jika dilihat dari kacamata lingkungan, hal ini tentunya merupakan salah satu bentuk pemborosan sumber daya air. Di Negara maju seperti Norwegia, telah menggunakan sistem resirkulasi dalam proses budidaya untuk menghemat pemborosan sumberdaya air, yang  lebih dikenal dengan nama Resirculating Aquaculture System (RAS). Manfaat penerapan teknologi RAS ini memang sangat besar bagi pelaku budidaya salah satunya adalah menghemat penggunaan air bersih yang tentunya akan mengurangi cost produksi dan dalam skala besar dapat mengurangi  efek pemanasan global.

PARAMETER YANG HARUS DIPERHITUNGKAN DAN DIPERHATIKAN DALAM
SISTEM RESIRKULASI.

Tujuan dari dibuatnya system resirkulasi dalam budidaya ikan adalah :
1.    Menghemat dalam penggunaan air dan ruang.
2.    Tidak merubah kontur asli tanah.
3.    Kestabilan system dari gangguan cuaca dan lingkungan (hewan predator dan hama serta penyakit dan lain – lain).
4.    Pengendalian budidaya sepenuhnya pada pembudidaya bukan kepada lingkungan/alam.
5.    Menaikkan efisiensi dan produktifitas denga system padat tebar (high density) ikanbudidaya.
6.    Disamping itu system resirkulasi memiliki keuntungan dapat diintegrasikan dengan budidaya yang lain misalnya budidaya cacing sutra,daphnia,pembuatan pupuk organic,pertanian aquaponik sehingga disebut pertanian terintegrasi (integrated farming system).

Akan tetapi system resirkulasi tetap memiliki batasan dan sarat yang harus dipenuhi yaitu :

1.    Harus adanya sumber listrik yang cukup.
2.    Harus memperhitungkan investasi yang dikeluarkan dan overhead terhadap harga jual ikan budidaya. Karena hal ini sangat mempengaruhi dalam pemilihan alat yang digunakan.Makin mahal dan sensitive jenis ikan, makin lengkap tahapan system resirkulasi yang dibuat.
3.    Memahami system budidaya ikan dan cara kerja masing – masing model alat agar tidak salah dalam membuat konfigurasi alat filtrasi.
4.    Sistem ini tetap masih membutuhkan sumber air.

FAKTOR MENDASAR YANG HARUS DIPERHITUNGKAN DALAM SISTEM RESIRKULASI

1.    Kekuatan pompa

Sisa pakan dan kotoran akan mulai mengalami dekomposisi setelah melewati 1 jam. Karenanya sedapat mungkin kotoran sudah tersedot pompa ke proses filtrasi dibawah satu jam. Akan tetapi hal itu tidaklah mungkin. Sehingga para ahli mengatakan kekuatan pompa harus melebihi kapasitas kolam. Contoh : bila volume kolam 2500 liter maka kekuatan pompa harus diatas 2500 ltr/jam. Misalkan 5000 ltr/jam.

2.    Kapasitas filter.

Yang menentukan kapasitas tangki filter adalah
§ Jumlah pakan ikan ke kolam
§ Kekuatan pompa yang digunakan.
Volume kapasitas filter haruslah dapat menahan laju air agar tidak terlalu cepat agar kotoran dapat mengendap di dasar tangki filter. Makin besar debit pompa, makin dalam/makin panjang tangki filter.

3.    Desain filter

Desain filter yang tepat haruslah dapat menjebak dan mengendapkan kotoran secara efektif.Secara mendasar penyaringan kotoran adalah dengan ditapis/ disaring secara langsung dengan tekanan ( pressurized ) atau tanpa tekanan. Atau dengan cara melambatkan aliran air sehingga kotoran kehilangan kecepatan sehingga mengendap. Biasanya kombinasi aliran down flow (mengalir kebawah ) dan up flow ( mengalir keatas ) yang tepat cukup efektif mengendapakan kotoran. Bentuk kolam system resirkulasi ada yang berbentuk melingkar,kubus dan persegipanjang.Akan tetapi yang ideal adalah berbentuk melingkar. Karena pada bentuk melingkar tidak ada daerah mati.jika arus dibuat berputar ikan akan terus bergerak berputar mengikuti arus.
Dalam pemilihan komponen system filtrasi harus memperhitungkan kepadatan dan jenis ikan yang dipelihara.Kunci keberhasilan system produksi dengan resirkulasi adalah menggunakan komponen treatment air dengan biaya yang efektive dan efisien. Secara ideal system resirkulasi akan menghilangkan kotoran padat, ammonia, nitrit, CO2, dan meningkatkan kelarutan oksigen ketika air kembali ke dalam kolam.semakin intensive budidaya, semakin sensitive ikan yang dipelihara maka proses yang digunakan semakin lengkap.





DASAR – DASAR PROSES FILTRASI

Didalam proses filtrasi dala system budidaya resirkulasi,masalah yang harus dihadapi adalah :

1.    Filtrasi kotoran ikan dan sisa pakan
2.    Pengendalian ammonia , nitrit dan kandungan lainnya
3.    Degassing
4.    Oxygenation
5.    Desinfeksi

1.    Filtrasi kotoran ikan dan sisa pakan

Pellet yang dimakan ikan budidaya umumnya terkandung protein, carbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Kotoran yang dikeluarkan ikan berupa kotoran padat dari anus dan ammonia melalui insang. Kotoran padat ini setelah beberapa waktu akan mulai terdekomposisi oleh bacteria. Dan ini akan menghasilkan ammonia.karena itu kotoran padat ini selekas mungkin harus dikeluarkan dari system.

Pada dasarnya kotoran padat diklasifikasikan menjadi tiga jenis :

a.    Kotoran padat yang mengendap kedasar kolam(settleable solid).

Kotoran yang mengendap secara umum lebih mudah dihilangkan dari kolam.

Bentuk bawah kolam sangat dianjurkan berbentuk bidang miring menuju satu titik menuju lubang pembuangan  ( bottom drain ) / tempat pompa sedot, sehingga kotoran yang bersifat mengendap dapat seluruhnya tersedot melalui pompa. Oleh pompa selanjutnya kotoran tersebut dijebak dan dipisahkan oleh filter.

b.    Kotoran padat yang melayang – layang di air kolam (suspended solid)

Kotoran padat yang tersuspensi ini tidak mudah mengendap di dasar kolam lebih lebih bila terkena arus atau gerakan ikan.kotoran ini akan lebih sulit lagi mengendap bila kotoran sudah mengalami dekomposisi sehingga air dan kotoran bersifat koloid (seperti air susu) , kotoran seolah menyatu dan larut dengan air.

c.    Kotoran suspensi yang halus dan kotoran tidak larut (fine and dissolve solid).

Kotoran halus dan kotoran yang tak larut ( minyak, protein ) sulit dibersihkan dengan cara mekanis biasa. Karena kotoran tersebut melayang – laying diair tanpa bisa mengendap hal ini disebabkan karena air sudah bersifat koloid yang ada pengikatnya. Kotoran ini disebut dissolved organic compound (DOC). Secara kimia kesetimbangan ini dapat diganggu dengan memberikan tawas atau polyalumunium chloride ditambah soda kue sehingga terbentuk koagulan (flock) yang mengikat kotoran untuk mengendap. Akan tetapi hal ini berbahaya bagi biota ikan.
Karena itu untuk mengganggu /merusak ikatan koloid tersebut dengan diberi agitasi (kocokan) udara bertekanan/bubble udara dari bawah air didalam suatu kolom atau ruang sehingga ikatan koloidnya terganggu atau pecah menjadi gumpalan (koagulan) dan terjebak dalam busa udara. Busa inilah yang dibuang melalui pipa pembuangan. Alat ini disebut foam fractionator/protein skimmer.
Karenanya fungsi dari foam fractionator adalah :

·  Menjebak kotoran halus,minyak,protein kedalam busa foam fractionator
· Merubah sifat air kolam dari koloid menjadi bersifat campuran sehingga kotoran tersuspensi menjadi koagulan dan mudah mengendap.

2.    Pengendalian ammonia, nitrit serta kandungan lainnya.

Amonia dibuang dan dikurangi kadarnya melalui filter biologis. Prinsip dasar kerjanya adalah air dari kolam dilewatkan / dimasukkan dalam ruang dengan diagitasi/diberi arus dengan kombinasi udara agar kontak dengan media filter tempat berkembangnya bakteri nitrifikasi atau bakteri pengurai lainnya.Media filter biologis biasanya memiliki rongga atau bolong-bolong agar bidang kontak dengan air menjadi lebih luas. Di rongga inilah bakteri pengurai hidup dan berkembang karena memakan nitrogen yang terdapat dalam air. Contoh media filter bologis adalah plastic ring, plastic bead, plastic bead, jaring. Filter biologis merupakan komponen terpenting dalam system resirkulasi.

3.      Degassing ( pembuangan gas)

Gas – gas selain oksigen harus dibuang karena dapat meracuni biota ikan. Diantaranya gas CO2. Untuk membuang gas tersebut dapat dilakukan membuat pancuran kecil – kecil diatas kolam atau mengalirkan lapisan tipis air melaui dinding atau jarring vertical. Alat yang biasa digunakan adalah backy shower,pancuran air, dinding taman. Disamping itu biasanya dengan pancuran kandungan H2S (sulfur), ammonia juga ikut menguap dan terbuang ke udara.

4.    Oxygenation

Sebelum air kembali ke kolam kelarutan oksigen harus dinaikkan agar konsumsi oksigen (COD) dikolam tercukupi. Cara meningkatkan kelarutan oksigen dapat dengan metode ventury, sistem pancuran, backy shower, aerator dengan difusser, dll.

5.    Desinfeksi

Pada jenis – jenis ikan tertentu yang sensitive seperti ikan hias, ikan laut, kadang desinfeksi diperlukan sebelum air masuk kembali ke kolam. 
Desinfeksi yang digunakan diantaranya :

· Penggunaan lampu ultra violet.

Air yang kembali ke dalam kolam dilewatkan pipa yang diselubungi lampu ultraviolet, maka bakteri yang terpapar radiasi sinar ultra violet akan mati. Akan tetapi penggunaan lampu Uv tidak efektif bila air yang lewat masih keruh. Air yang lewat harus sudah jernih

· Ozonisasi.

Ozon (O3) merupakan oksidator kuat. Dapat membunuh bakteri dalam air keruh sekalipun. Semakin lama kontack O3 dengan air semakin efektif membunuh bakteri. Akan tetapi semua bakteri yang kontak dengan ozon akan mati termasuk bakteri yang diperlukan dalam kolam.Disamping itu gas ozon juga berbahaya bagi ikan karena akan membakar insangnya. Karena itu sebelum air kembali ke kolam harus diyakini gas ozone sudah terbuang. Agar aman, penggunaan gas ini harus diinstalasi dan diberi petunjuk oleh orang yang berpengalaman.




Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar