Indonesia sebagai negara yang kaya
akan keanekaragaman hayati, termasuk
sumber genetik ikan patin, memiliki kepentingan untuk menggali , memanfaatkan,
dan melestarikan komoditas. Instrumen
yang penting dipahami sebagai dasar budi daya dan pengolahan ikan patin antara
alin daerah asal dan penyebaran ikan patin, klasifikasi dan morfologi, jenis
dan strain unggul.
1.
Daerah asal dan Penyebaran
Sebagian
kalangan menyebutkan bahwa ikan patin berasal dari perairan air tawar kawasan
Asia Tenggara. Habitat ikan patin
terdapat di sunggai-sungai dan muara sungai yang tersebar di Indonesia, India,
dan Myanmar . Sementara itu, sumber lain
menyatakan bahwa , ikan patin jenis ikan konsumsi air tawar asli
Indonesia. Hal ini ditunjukan adanya
jenis ikan patin jambal penghuni asli perairan Sumatera, Kalimantan, dan
Jawa. Dalam perkembangan selanjutnya,
kebanyakan spesies ikan patin terdapat di Thailand dan Indocina, tetapi
penyebarannya meluas di kawasan Asia, seperti India, Pakistan, Burma, Indocina,
Kamboja, Myanmar, Laos, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia.
Di
Indonesia, penyebaran geografis ikan patin cukup luas hampir mencakup seluruh
wilayah. Secara alami, ikan ini banyak
ditemukan di sungai-sungai besar dan
berair tenang di Sumatera, seperti Sungai Way Rarem, Musi, Batanghari, dan
Indragiri. Sungai-sungai lainnya di
Jawa, seperti Sungai Brantas dan Bengawan.
Bahkan, ikan ini juga dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan,
seperti Sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan, dan Kapuas. Pada umumnya,
ikan patin memang ditemukan di lokasi-lokasi tertentu di bagian sungai, seperti lubuk
(lembah sungai) yang dalam.
Pada tahun
1972, Indonesia mengintroduksi ikan patin siam dari Thailand. Perhatian dan pengembangan budidaya ikan
patin dimulai pada tahun 1980 melalui pemijahan ikan patin siam. Pada tahun 1990, budidaya ikan patin mulai
berkembang di Jawa Barat, Kalimantan, Lampung , dan Sumatera. Pada Tahun 1996 dilakukan penelitian
kerjasama dengan Uni Eropa. Saat itu,
spisies ikan patin jambal menjadi komoditas budidaya baru, sehingga pada tahun
1997 disosialisasikan pembudidayaan lebih lanjut. Pada tahun 2006 dikenal ikan patin pasupati
oleh Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBAT)
Sukamandi. Ikan ini merupakan hasil
persilangan antara ikan patin siam betina dengan ikan patin jambal jantan.
2. Klasifikasi dan Morfologi
Kedudukan
ikan patin dalam sistematika (taksonomi) hewan diklasifikasikan sebagai berikut
:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostarioplaysi
Subordo : Siluriodea
Famili : Schilbeidae (Pangasidae)
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius
pangasius Ham, Buch
Nama
Inggris : Catfish
Nama Lokal
: Ikan patin
Ikan patin
termasuk ikan dasar. Hal ini dapat
dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah. Secara spesifik, berikut penampilan visual
dan ciri-ciri morfologis ikan patin:
a.
Memiliki badan memanjang berwarna putih sepeti
perak dengan punggung kebiru-biruan.
b.
Panjang tubuh mencapai 120 cm atau lebih.
c.
Kepala relatif kecil dengan mulut terletak di
ujung agak bawah.
d.
Pada sudut mulut terdapat dua pasang kumis
pendek yang berfungsi sebagai peraba.
e.
Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras
yang berubah menjadi patil bergigi.
f.
Tidak memiliki sisik.
g.
Sirip duburnya panjang, terdiri atas 30 – 33
jari-jari lunak.
h.
Sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak.
i.
Sirip dada memiliki 12 – 13 jari lunak dan
sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal sebagai patil.
3. Jenis Unggul
Kerabat
dekat ikan patin yang ada di Indonesia pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai
keluarga Pangasidae, yaitu bentuk
badannya sedikit memipih, tidak bersisik atau sisik halus sekali, mulut kecil
dengan 2 – 4 pasang sungut peraba, terdapat patil pada sirip punggung dan sirip
dadanya, serta sirip duburnya panjang dimulai dari belakang hingga pangkal
sirip ekor.
Cukup
banyak kerabat dekat ikan patin di Indonesia, diantaranya muncung (Helicophagus waandersii – daerah sebaran
di Sumatra dan Kalimantan Timur), lawang (Pangasius
niewenhuisi – Jawa, Sumatera, dan Kalimantan), juaro (Pangasius polyuranodon – Sumatra dan Kalimantan), patin (Pangasius nasutus – Jawa dan
Kalimantan), jambal (Pangasius jambal –
Jawa, Sumatra dan Kalimantan), wakal (Pangasius
micronema – Jawa dan Kalimantan), riu atau rioscaring, lancang, rios (Pangasius macronema – Kalimantan Barat),
patin (Pangasius humeralis –
Kalimantan Barat), dan patin (Pangasius lithostoma – Kalimantan). Dari keragaman sumber genetik, baru beberapa
jenis di antaranya yang dapat diidentifikasi karakteristiknya.
Berikut
spesifikasi beberapa jenis ikan patin di Indonesia :
a. Pangasius polyuranodon
Jenis ini dikenal dengan sebutan ikan juaro, Karakteristik morfologis ikan ini memiliki
tubuh berwarna putih seperti mutiara dengan punggung kehitam-hitaman. Bentuk tubuh tinggi dengan sirip punggung
terdapat tujuh jari-jari lunak dan dua buah jari-jari keras yang salah satu
diantaranya menjadi senjata yang disebut patil.
Sirip lemak kecil pada pada punggung, sementara sirip ekornya bercagak
simetris. Sirip duburnya panjang dan
memiliki 35 – 40 jari-jari lunak. Sirip
perut memiliki enam buah jari-jari lunak, sedangkan sirip dada memiliki 12 – 13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari
keras yang sangat kuat sekaligus berfungsi sebagai patil.
Di dekat lubang hidung terdapat sungut peraba dari rahang atas
yang berpangkal si sudut mulut dan ujungnya sampai di pangkal sirip dada. Sungut peraba pada rahang bawah berukuran
pendek. Panjang tubuh ikan patin ini
dapat mencapai 50 cm, hidupnya di sungai-sungai. Penyebaran ikan patin juaro antara lain
mencakup perairan tawar Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Thailand.
b. Pangasius macronema
Jenis patin ini memiliki sungut yang lebih panjang daripada
kepala. Gigi veromine terpisah-pisah, terdapat 37 – 45 sisir saring tipis pada
lengkung insang pertama. Garis ditengah
badan dan pada perut jelas terpisah di awal sirip dada. Penyebaran ikan ini meliputi daerah perairan
tawar Jawa, Kalimantan, dan Indocina.
c. Pangasius micronemus
Jenis patin ini memiliki gigi veromine
terpisah atau bertemu di satu titik, matanya sangat besar (kira-kira seperempat
panjang kepala), moncong berbentuk segi, cuping rahang bawah memanjang, dan
tonjolan tulang lengan pada pangkal sirip dada sangat pendek. Sungut rahang atas memanjang sampai pinggiran
belakang mata atau melampauinya.
Terdapat 13 – 16 sisir saring pada lengkung insang pertama. Ikan patin ini terdapat di perairan tawar
Kepulauan Sunda dan Thailand.
d. Pangasius nasutus
Ikan patin ini memiliki moncong runcing tajam dan sangat
mencolok. Matanya sangat kecil dan
terletak di atas garis sudut mulut.
Jumlah jari-jari sirip dubur relatif sedikit. Ketika mulutnya tertutup, gigi-gigi rahang
atas akan terlihat. Penyebaran ikan
patin ini meliputi perairan tawar Sumatra, Kalimantan, dan Malaysia.
e. Pangasius nieuwenhuisii
Jenis patin ini memiliki gigi veromine
dan palatine bersatu dalam bidang
lebar. Tonjolan tulang lengan pada
pangkal sirip dada memanjang sampai dua per tiga atau tiga per empat jaraknya
dari ujung sirip dada. Moncongnya
meruncing. Penyebaran ikan patin ini
meliputi perairan tawar Kalimantan Timur.
Berdasarkan sejarahnya, pada tahun
1993, ikan patin dimasukkan ke dalam genus Helicophagus
dari famili Pangasidae. Mulai saat itu, ikan patin dibagi menjadi
empat subgenus, yaitu : Pangasianodon,
Pteropangasius, Neopangasius, dan Pangasius.
Berikut rincian karakteristik
masing-masing subgenus :
·
Kelompok Pangasianodon terdiri atas Pangasius gigas dan Pangasius hypophthalamus.
Kelompok ini mempunyai ciri-ciri tidak terdapat sungut mandibula, tidak
ada gigi pada patin dewasa, dan adanya gelumbung renang berlobus tunggal.
·
Kelompok Pteropangasius
terdiri atas Pangasius micronema dan Pangasius pleurotaenia. Kelompok ini bercirikan empat lobus pada
gelembung renang dengan beberapa segmen di lobus terakhir.
·
Kelompok Neopangasius,
terdiri atas Pangasius nieuwenhuisii,
Pangasius humeralis, Pangasius lithostoma, dan Pangasius kinabatangganensis. Kelompok ini mempunyai ciri-ciri susunan gigi
atas berupa tonjolan tunggal yang besar dan jumlah tulang belakangnya yang
banyak.
·
Kelompok Pangasius,
terdiri atas tiga jenis atau strain,
yaitu Pangasius pangasius, Pangasius djambal, dan Pangasius hypophtalamus sinonim P. Sutchi. Tiap strain memiliki karakterstik tersendiri.
Selanjutnya,
subgenus ikan patin digolongkan secara terpisah menjadi Pangasius gigas dan Pangasius
hypophthalamus yang diklasifikasikan ke dalam genus Pangasianodon, sementara Pangasius
micronemus dan Pangasius pleurotaenia
diklasifikasikan ke dalam genus Pseudolais.
Di
Indonesia sendiri terdapat 3 jenis ikan patin, yaitu ikan patin lokal (Pangasius pangasius) atau sering disebut
jambal (Pangasius djambal), ikan
patin bangkok atau ikan patin siam (Pangasius
hypophtalamus sinonim Pangasius
sutchi), dan ikan patin pasupati.
a.
Patin Jambal
Ikan patin jambal (Pangasius
djambal Bleeker) sering disebut ikan patin jendil. Ikan ini asli perairan Indonesia yang
tersebar di sungai-sungai besar Kalimantan, Sumatra, dan Jawa. Ikan ini memiliki sungut rahang atas jauh
lebih panjang dari setengah panjang kepala dan hidung sedikit menonjol ke muka
serta mata agak ke bawah.
Keunggulan ikan patin jambal antara lain dagingnya berwarna putih
(white meat) dan tidak berserat,
sehingga cocok untuk ekspor ke Amerika Serikat. Uni Eropa, dan Asia. Sementara itu, kelemahannya adalah induk
terbatas, fekunditas dan daya toleransi terhadap lingkungan relatif
rendah. Pemijahan ikan patin jambal
masih terbatas di lingkungan Balai Benih Ikan (BBI) yang dikelola pemerintah.
b.
Ikan Patin Siam
Ikan patin siam sering disebut ikan patin Bangkok. Ikan ini diintroduksi dari Bangkok (Thailand)
pada tahun 1972. Ciri khas ikan patin
siam memiliki punggung lurus, mulai dari punggung sampai pangkal ekor. Ikan ini mulai dipijahkan di Indonesia pada
tahun 1980, kemudian dibudidayakan mulai tahun 1990 di Jawa Barat, Kalimantan,
Lampung, dan Sumatra.
Keunggulan ikan patin siam antara lain pertumbuhannya cepat
(bongsor) mencapai 7 gram perhari, daya produksinya tinggi, dan daya tahan yang
tinggi terhadap berbagai kondisi perairan tawar. Kelemahan ikan patin siam antara lain
dagingnya berwarna kuning kemerahan, sehingga belum memenuhi standar ekspor.
c.
Ikan Patin Pasupati
Ikan patin pasupati termasuk ikan asli Indonesia. Nama pasupati adalah akronim dari “patin
super harapan pertiwi”. Ikan ini merupakan
hasil persilangan (hibrida) antara siam betina dan jambal jantan. Keunggulan ikan patin ini antara lain
memiliki daging berwarna putih, kadar lemak relatif rendah, laju pertubuhan
badan relatif cepat, dan jumlah telur relatif banyak (100.000 butir/kg).
Demikian, jenis-jenis ikan patin yang cukup
merwarnai perairan di Indonesia.
Budidaya ikan patin dari ikan jenis air tawar ini terus banyak
dilakukan, karena ikan ini cukup digemari masyarakat. Ikan ini cukup banyak dicari orang sebagai
kuliner andalan.
Sumber :
Rukmana,
Rahmat dan Yudirachman, Herdi.
2016. Sukses Budi Daya Ikan Patin
Secara Intensif. Lily Publisher. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar