Jumat, 06 April 2018

BEBERAPA JENIS IKAN PATIN UNGGUL DI INDONESIA



Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman  hayati, termasuk sumber genetik ikan patin, memiliki kepentingan untuk menggali , memanfaatkan, dan melestarikan komoditas.  Instrumen yang penting dipahami sebagai dasar budi daya dan pengolahan ikan patin antara alin daerah asal dan penyebaran ikan patin, klasifikasi dan morfologi, jenis dan strain unggul.
1.       Daerah asal dan Penyebaran
Sebagian kalangan menyebutkan bahwa ikan patin berasal dari perairan air tawar kawasan Asia Tenggara.  Habitat ikan patin terdapat di sunggai-sungai dan muara sungai yang tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar .  Sementara itu, sumber lain menyatakan bahwa , ikan patin jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia.  Hal ini ditunjukan adanya jenis ikan patin jambal penghuni asli perairan Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.  Dalam perkembangan selanjutnya, kebanyakan spesies ikan patin terdapat di Thailand dan Indocina, tetapi penyebarannya meluas di kawasan Asia, seperti India, Pakistan, Burma, Indocina, Kamboja, Myanmar, Laos, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia.
Di Indonesia, penyebaran geografis ikan patin cukup luas hampir mencakup seluruh wilayah.  Secara alami, ikan ini banyak ditemukan  di sungai-sungai besar dan berair tenang di Sumatera, seperti Sungai Way Rarem, Musi, Batanghari, dan Indragiri.  Sungai-sungai lainnya di Jawa, seperti Sungai Brantas dan Bengawan.  Bahkan, ikan ini juga dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan, dan Kapuas.  Pada umumnya,  ikan patin memang ditemukan di lokasi-lokasi  tertentu di bagian sungai, seperti lubuk (lembah sungai) yang dalam.

Pada tahun 1972, Indonesia mengintroduksi ikan patin siam dari Thailand.  Perhatian dan pengembangan budidaya ikan patin dimulai pada tahun 1980 melalui pemijahan ikan patin siam.  Pada tahun 1990, budidaya ikan patin mulai berkembang di Jawa Barat, Kalimantan, Lampung , dan Sumatera.  Pada Tahun 1996 dilakukan penelitian kerjasama dengan Uni Eropa.  Saat itu, spisies ikan patin jambal menjadi komoditas budidaya baru, sehingga pada tahun 1997 disosialisasikan pembudidayaan lebih lanjut.  Pada tahun 2006 dikenal ikan patin pasupati oleh Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBAT) Sukamandi.  Ikan ini merupakan hasil persilangan antara ikan patin siam betina dengan ikan patin jambal jantan.
2.       Klasifikasi dan Morfologi
Kedudukan ikan patin dalam sistematika (taksonomi) hewan diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum                                                  :  Chordata
Subfilum                                           :  Vertebrata
Kelas                                                   :  Pisces
Subkelas                                           :  Teleostei
Ordo                                                   :  Ostarioplaysi
Subordo                                            :  Siluriodea
Famili                                                  :  Schilbeidae (Pangasidae)
Genus                                                :  Pangasius
Spesies                                              :  Pangasius pangasius Ham, Buch
Nama Inggris                                   :  Catfish
Nama Lokal                                      :  Ikan patin


Ikan patin termasuk ikan dasar.  Hal ini dapat dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah.  Secara spesifik, berikut penampilan visual dan ciri-ciri morfologis ikan patin:
a.       Memiliki badan memanjang berwarna putih sepeti perak dengan punggung kebiru-biruan.
b.      Panjang tubuh mencapai 120 cm atau lebih.
c.       Kepala relatif kecil dengan mulut terletak di ujung agak bawah.
d.      Pada sudut mulut terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.
e.      Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil bergigi.
f.        Tidak memiliki sisik.
g.       Sirip duburnya panjang, terdiri atas 30 – 33 jari-jari lunak.
h.      Sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak.
i.         Sirip dada memiliki 12 – 13 jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal sebagai patil.
3.       Jenis Unggul
Kerabat dekat ikan patin yang ada di Indonesia pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai keluarga Pangasidae, yaitu bentuk badannya sedikit memipih, tidak bersisik atau sisik halus sekali, mulut kecil dengan 2 – 4 pasang sungut peraba, terdapat patil pada sirip punggung dan sirip dadanya, serta sirip duburnya panjang dimulai dari belakang hingga pangkal sirip ekor.
Cukup banyak kerabat dekat ikan patin di Indonesia, diantaranya muncung (Helicophagus waandersii – daerah sebaran di Sumatra dan Kalimantan Timur), lawang (Pangasius niewenhuisi – Jawa, Sumatera, dan Kalimantan), juaro (Pangasius polyuranodon – Sumatra dan Kalimantan), patin (Pangasius nasutus – Jawa dan Kalimantan), jambal (Pangasius jambal – Jawa, Sumatra dan Kalimantan), wakal (Pangasius micronema – Jawa dan Kalimantan), riu atau rioscaring, lancang, rios (Pangasius macronema – Kalimantan Barat), patin (Pangasius humeralis – Kalimantan Barat), dan patin (Pangasius lithostoma – Kalimantan).  Dari keragaman sumber genetik, baru beberapa jenis di antaranya yang dapat diidentifikasi karakteristiknya.
Berikut spesifikasi beberapa jenis ikan patin di Indonesia :
a.      Pangasius polyuranodon
Jenis ini dikenal dengan sebutan ikan juaro,  Karakteristik morfologis ikan ini memiliki tubuh berwarna putih seperti mutiara dengan punggung kehitam-hitaman.  Bentuk tubuh tinggi dengan sirip punggung terdapat tujuh jari-jari lunak dan dua buah jari-jari keras yang salah satu diantaranya menjadi senjata yang disebut patil.  Sirip lemak kecil pada pada punggung, sementara sirip ekornya bercagak simetris.  Sirip duburnya panjang dan memiliki 35 – 40 jari-jari lunak.  Sirip perut memiliki enam buah jari-jari lunak, sedangkan sirip dada memiliki  12 – 13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang sangat kuat sekaligus berfungsi sebagai patil.
Di dekat lubang hidung terdapat sungut peraba dari rahang atas yang berpangkal si sudut mulut dan ujungnya sampai di pangkal sirip dada.  Sungut peraba pada rahang bawah berukuran pendek.  Panjang tubuh ikan patin ini dapat mencapai 50 cm, hidupnya di sungai-sungai.  Penyebaran ikan patin juaro antara lain mencakup perairan tawar Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Thailand.
b.      Pangasius macronema
Jenis patin ini memiliki sungut yang lebih panjang daripada kepala.  Gigi veromine terpisah-pisah, terdapat 37 – 45 sisir saring tipis pada lengkung insang pertama.  Garis ditengah badan dan pada perut jelas terpisah di awal sirip dada.  Penyebaran ikan ini meliputi daerah perairan tawar Jawa, Kalimantan, dan Indocina.
c.       Pangasius micronemus
Jenis patin ini memiliki gigi veromine terpisah atau bertemu di satu titik, matanya sangat besar (kira-kira seperempat panjang kepala), moncong berbentuk segi, cuping rahang bawah memanjang, dan tonjolan tulang lengan pada pangkal sirip dada sangat pendek.  Sungut rahang atas memanjang sampai pinggiran belakang mata atau melampauinya.  Terdapat 13 – 16 sisir saring pada lengkung insang pertama.  Ikan patin ini terdapat di perairan tawar Kepulauan Sunda dan Thailand.
d.      Pangasius nasutus
Ikan patin ini memiliki moncong runcing tajam dan sangat mencolok.  Matanya sangat kecil dan terletak di atas garis sudut mulut.  Jumlah jari-jari sirip dubur relatif sedikit.  Ketika mulutnya tertutup, gigi-gigi rahang atas akan terlihat.  Penyebaran ikan patin ini meliputi perairan tawar Sumatra, Kalimantan, dan Malaysia.
e.       Pangasius nieuwenhuisii
Jenis patin ini memiliki gigi veromine dan palatine bersatu dalam bidang lebar.  Tonjolan tulang lengan pada pangkal sirip dada memanjang sampai dua per tiga atau tiga per empat jaraknya dari ujung sirip dada.  Moncongnya meruncing.  Penyebaran ikan patin ini meliputi perairan tawar Kalimantan Timur.
Berdasarkan sejarahnya, pada tahun 1993, ikan patin dimasukkan ke dalam genus Helicophagus dari famili Pangasidae.  Mulai saat itu, ikan patin dibagi menjadi empat subgenus, yaitu : Pangasianodon, Pteropangasius, Neopangasius, dan Pangasius.
Berikut rincian karakteristik masing-masing subgenus :
·         Kelompok Pangasianodon terdiri atas Pangasius gigas dan Pangasius hypophthalamus.  Kelompok ini mempunyai ciri-ciri tidak terdapat sungut mandibula, tidak ada gigi pada patin dewasa, dan adanya gelumbung renang berlobus tunggal.
·         Kelompok Pteropangasius terdiri atas Pangasius micronema dan Pangasius pleurotaenia.  Kelompok ini bercirikan empat lobus pada gelembung renang dengan beberapa segmen di lobus terakhir.
·         Kelompok Neopangasius, terdiri atas Pangasius nieuwenhuisii, Pangasius humeralis, Pangasius lithostoma, dan Pangasius kinabatangganensis.  Kelompok ini mempunyai ciri-ciri susunan gigi atas berupa tonjolan tunggal yang besar dan jumlah tulang belakangnya yang banyak.
·         Kelompok Pangasius, terdiri atas tiga jenis atau strain, yaitu Pangasius pangasius, Pangasius djambal, dan Pangasius hypophtalamus sinonim P. Sutchi.  Tiap strain memiliki karakterstik tersendiri.
Selanjutnya, subgenus ikan patin digolongkan secara terpisah menjadi Pangasius gigas dan Pangasius hypophthalamus yang diklasifikasikan ke dalam genus Pangasianodon, sementara Pangasius micronemus dan Pangasius pleurotaenia diklasifikasikan ke dalam genus Pseudolais. 
Di Indonesia sendiri terdapat 3 jenis ikan patin, yaitu ikan patin lokal (Pangasius pangasius) atau sering disebut jambal (Pangasius djambal), ikan patin bangkok atau ikan patin siam (Pangasius hypophtalamus sinonim Pangasius sutchi), dan ikan patin pasupati.
a.       Patin Jambal
Ikan patin jambal (Pangasius djambal Bleeker) sering disebut ikan patin jendil.  Ikan ini asli perairan Indonesia yang tersebar di sungai-sungai besar Kalimantan, Sumatra, dan Jawa.  Ikan ini memiliki sungut rahang atas jauh lebih panjang dari setengah panjang kepala dan hidung sedikit menonjol ke muka serta mata agak ke bawah. 
Keunggulan ikan patin jambal antara lain dagingnya berwarna putih (white meat) dan tidak berserat, sehingga cocok untuk ekspor ke Amerika Serikat. Uni Eropa, dan Asia.  Sementara itu, kelemahannya adalah induk terbatas, fekunditas dan daya toleransi terhadap lingkungan relatif rendah.  Pemijahan ikan patin jambal masih terbatas di lingkungan Balai Benih Ikan (BBI) yang dikelola pemerintah.
b.      Ikan Patin Siam
Ikan patin siam sering disebut ikan patin Bangkok.  Ikan ini diintroduksi dari Bangkok (Thailand) pada tahun 1972.  Ciri khas ikan patin siam memiliki punggung lurus, mulai dari punggung sampai pangkal ekor.  Ikan ini mulai dipijahkan di Indonesia pada tahun 1980, kemudian dibudidayakan mulai tahun 1990 di Jawa Barat, Kalimantan, Lampung, dan Sumatra.
Keunggulan ikan patin siam antara lain pertumbuhannya cepat (bongsor) mencapai 7 gram perhari, daya produksinya tinggi, dan daya tahan yang tinggi terhadap berbagai kondisi perairan tawar.  Kelemahan ikan patin siam antara lain dagingnya berwarna kuning kemerahan, sehingga belum memenuhi standar ekspor.
c.       Ikan Patin Pasupati
Ikan patin pasupati termasuk ikan asli Indonesia.  Nama pasupati adalah akronim dari “patin super harapan pertiwi”.  Ikan ini merupakan hasil persilangan (hibrida) antara siam betina dan jambal jantan.  Keunggulan ikan patin ini antara lain memiliki daging berwarna putih, kadar lemak relatif rendah, laju pertubuhan badan relatif cepat, dan jumlah telur relatif banyak (100.000 butir/kg).
Demikian, jenis-jenis ikan patin yang cukup merwarnai perairan di Indonesia.  Budidaya ikan patin dari ikan jenis air tawar ini terus banyak dilakukan, karena ikan ini cukup digemari masyarakat.  Ikan ini cukup banyak dicari orang sebagai kuliner andalan.
Sumber :
Rukmana, Rahmat dan Yudirachman, Herdi.  2016.  Sukses Budi Daya Ikan Patin Secara Intensif.  Lily Publisher.  Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar