Ikan patin (Pangasius
sp) merupakan salah satu komoditi perikanan yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi. Permintaan lokal dan ekspor ikan patin semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Karena daging ikan patin memiliki kandungan nilai gizi yang cukup
tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat, dan gurih membuat ikan patin ini
disukai oleh masyrakat.
Pemijahan ikan pati selain
di habitat aslinya, ikan ini belum mampu dipijahkan secara alami. Oleh karena
itu perlu dilakukan pemijahan dengan teknik Induced breeding (Teknik Pemijahan
Kawin Suntik). Berikut ini adalah tahapan pemijahan Ikan Patin dengan Teknik
Kawin Suntik.
Seleksi Induk Matang Gonad
Induk merupakan salah satu factor penentu keberhasilan pembenihan Ikan
Patin. Induk yang baik dan sehat akan menghasilkan benih yang baik pula.
Ciri Induk Patin Betina Matang Gonad:
Ciri Induk Patin Betina Matang Gonad:
·
Umur ± 2,4 tahun
·
Berat minimum 3 Kg/ekor
·
Perut membesar kearah anus
·
Perut tersa empuk dan halus saat diraba
·
Kloaka membengkak dan berwarna merah tua
·
Kulit dibagian perut lembek dan tipis
·
Jika bagian kloaka di tekan akan keluar beberapa butir telur berbentuk
bulan dan ukuran seragam
Ciri Induk Patin Jantan Matang Gonad:
·
Umur 1,5 tahun
·
Berat minimum 2 Kg/ekor
·
Kulit bagian perut lembek dan tipis
·
Alat kelamin membengkak dan berwarna merah tuaJika perut diurut ke arah
anus keluar sperma berwarna putih
Induced Breeding
Induced Breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa ikan
lain atau kelenjar hipofisa buatan yang mengandung hormone gonadotropin yang
dipasaran dikenal dengan merek dagang Ovaprim.
Induced Breeding menggunakan Ovaprim dan HCG
1. Dosis penyuntikan induk betina dan
jantan berbeda. Induk jantan diperlukan Ovaprim sebanyak 0,3 ml/kg dan induk
betina sebanyak 0,6 ml/kg
2. Penyuntikan terhadap induk betina
dilakukan 2 kali. Penyuntikan pertama menggunakan HCG dengan dosis 500 IU/kg,
sedangkan pada penyuntikan kedua menggunakan ovaprim yang dilakukan setelah 24
jam dari penyuntikan pertama.
3. Penyuntikan induk jantan dilakukan
sekali bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
4. Penyuntikan dilakukan secara intra
muscular dibelakang sirip punggung dengan memasukkan jarum sedalam 2 cm dengan
kemiringan 45 derajat.
5. Induk-induk tersebut disimpan dalam
wadah/bak yang mengalir. Setelah 8 – 15 jam kemudian biasanya induk sudah
ovulasi.
Stripping dan Pembuahan
Ovulasi adalah puncak induk matang gonad. Saat ovulasi telur yang telah
matang harus dikeluarkan dengan cara memijit bagian perut (stripping) induk
betina.
Caranya sebagai berikut:
1.
Sediakan baskom plastic yang sudah dibersihkan dan dalam keadaan kering.
2.
Perut induk betina diurut secara perlahan-lahan dari bagian depan kearah
belakang dengan menggunakan jari tengah dan jempol, lalu telur-telur tersebut
ditampung dalam baskom.
3.
Selanjutnya sperma diambil dari induk jantan dengan proses yang hampir sama
dengan stripping pada induk betina.
4.
Sperma yang keluar dari induk jantan langsung disatukan dengan telur yang
telah ditampung didalam baskom
5.
Agar telur dan sperma tercampur dengan sempurna (terjadi pembuahan) lakukan
pengadukan dengan menggunakan bulu ayam ± selama 0,5 menit. Pengadukan
dilakukan secara berputar perlahan-lahan didalam baskom.
6.
Untuk meningkatkan fertilisasi, dapat ditambahkan larutan NaCl sambil tetap
campuran dan disertai dengan memasukkan air sedikit demi sedikit. Pengadukan
dilakukan selama 2 menit.
7.
Telur-telur yang dibuahi akan mengalami pengembangan. Ukuran telur terlihat
lebih besar dan berwarna kuning penuh. Telur yang tidak terbuahi berwarna putih
dan mengendap dibawah.
Pencucian Telur
1. Telur yang sudah dicampur dengan sperma
dibilas dengan air bersih
2. Telur dimasukan ke dalam larutan tanah
liat, tujuannya untuk menhilangkan lendir yang melekat pada telur. Telur diaduk sampai tidak mengumpal lagi.
3. Telur disaring dengan skop net dan
dibilas dengan air bersih sampai sisa-siasa air tanah tidak ada lagi.
Tanah yang digunakan dalam pencucian
telur yaitu: tanah liat, tanah merah, atau tanah dari kolam.
Proses Penetasan Telur
1. Siapkan wadah penetasan baik berupa
corong ataupun akuarium penetasan yang sudah dicuci dan dikeringkan.
2. Masukkan air bersih kedalam wadah
penetasan.
3. Telur-telur patin yang akan ditetaskan
dituangkan kedalam wadah lalu disebarkan menggunakan bulu ayam, (jangan sampai
telur menumpuk.
4. Kepadatan telur sebanyak 400-500
butir/liter.
5. Telur-telur yang dibuahi akan berkembang
dan menetas dalam jangka waktu 28 jam pada suhu 26-28 derajat celsius.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar