Jumat, 25 Mei 2018

PENANGANAN IKAN PATIN SAAT PANEN DAN PASCA PANEN



Penangkapan ikan patin pada masa panen merupakan hal yang menyenangkan karena kita akan segera memetik hasil budidaya patin, namun perlu kita ketahui bagaimana cara penangkapan yang baik karena jika cara penangkapan salah maka ada kemungkinan kita akan merugi. Penangkapan dengan menggunakan jala apung sangat tidak disarankan karena akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu.
Setelah pemanenan, langkah selanjutnya adalah penanganan hasil. Penanganan hasil harus disesuaikan dengan jarak dan waktu tempuh dalam mengangkut ikan-ikan ke konsumen. Hal ini penting untuk menjaga ikan tetap hidup atau tetap segar hingga diterima konsumen.
1. Penanganan Patin Hidup

Harga ikan patin hidup lebih mahal dibandingkan dengan patin yang sudah mati, walaupun masih segar. Biasanya dapat mencapai dua kali lipat harga ikan mati yang msih segar. Oleh karena itu, pemanenan dan penanganan hasil harus hati-hati sehingga patin tetap hidup hingga sampai ke tangan konsumen.
Patin yang baru dipanen dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air segar. Selanjutnya, ikan patin yang hendak diangkut harus menggunakan wadah yang memenuhi syarat agar ikan tetap hidup. Ikan hidup diangkut dengan menggunakan wadah berupa kantong plastik, seperti wadah terbuka dengan bak, tong, tangki atau wadah lainnya.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan ikan hidup adalah stres. Ikan yang stres mudah mengalami kematian. Untuk mengurangi stres, diusahakan agar selama pengangkutan ikan menggunakan gerakan seminimal mungkin. Caranya, dengan menurunkan suhu air angkut atau memberikan obat bius pada ikan. Penggunaan obat bius bisa diterapkan wadah terbuka atau tertutup. Obat bius yang digunakan, misalnya phenoxyethanol dengan dosis 0,15 mg/liter air media atau minyak cengkih dosis 10-20 ppm. Ikan dengan bobot 200-300 g dapat diangkut dengan kepadatan 30 ekor/10 liter air selama 6 perjalanan.
Beberapa obat bius dan dosis pemakaiannya:
Jenis obat
Dosis
Novacaine
50 mg/kg ikan
Amobarbital sodium
85 mg/kg ikan
Barbital sodium
50 mg/kg ikan
Sodium amytal
52-172 mg/l air
Tertiary amyl alkohol
2 mg/4,5 l air
Methyl paraphynol
1-2 ml/4,5 l air
Chloral hydrate
3-3,5 g/4,5 l air
Hydroxy quinaldine
1 mg/l air
Tricaine methan sulphonate (MS 222)
2,5 ml/l air
Urethan
100 mg/l
Thiouracil
10 mg/l
Quinaldine
5-10 mg/l
Phenoxy ethanol
0,15 mg/liter

Penurunan suhu air media sampai 18 C sudah dapat meredam aktivitas gerak ikan. Penurunan suhu media harus dilakukan secara berangsur-angsur agar ikan dapat menyesuaikan diri secara biologis. Bahan penurun suhu air yang umum digunakan, yaitu es dan nitrogen cair. Penggunaan obat bius dalam pengangkutan ikan hidup harus hati-hati agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi ikan, lingkungan dan manusia. Perhatian khusus ditekankan pada jenis, dosis dan cara penyimpanan ikan bius yang dipakai, ukuran ikan, serta limbah dan efek residunya pada ikan.
2. Penanganan patin mati
Ikan patin yang telah mati harus dijaga agar tetap segar hingga sampai ditangan konsumen. Patin yang telah mati sangat cepat mengalami penurunan mutu. Kerusakan daging ikan setelah mati biasanya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

a. Adanya enzim dalam tubuh ikan yang menyebabkan daging ikan menjadi busuk. Kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan enzim ini disebut “otolisis”.
b. Adanya bakteri pembusuk dari luar tubuh ikan yang masuk ke dalam jaringan tubuh ikan mati dan menghancurkannya.
c. Adanyya proses kimia di dalam jaringan tubuh yang mulai busuk karena proses otolisis.
Ketiga penyebab proses pembusukan tersebut dapat berjalan bersama-sama, tumpang-tindih atau saling memperkuat. Proses pembusukan akan semakin cepat bila suhu semakin tinggi. Proses pembusukan ikan dapat didinginkan sampai 0 C atau lebih rendah lagi.
Organ
Ikan segar
Ikan busuk
Mata
Terang, cerah, karena transparan
Pudar, keriput, buram, agak masuk/
cekung
Insang
Merah cerah, berlendir jernih, tak berbau atau bau khas ikan
Cokelat/kelabu, lendir, keruh, bau menyengat
Tubuh
Bersisik mengkilap, bila ditekan dengan jari terasa kenyal. Sirip dan bagian tubuh berwarna asli.
Sisik kusam, banyak yang lepas, bila ditekan meninggalkan bekas (cekung)
Perut
Utuh dan keras/kenyal
Lembek, bila ditekan keluar cairan
berbau busuk dari dubur
 Untuk mempertahankan kesegaran ikan, dapat diterapkan prinsip rantai dingin. Artinya, ikan yang telah mati setelah dipanen harus selalu dicampur es. Jumlah es yang digunakan tergantung pada waktu yang diinginkan. Efektivitas es untuk mempertahankan kesegaran ikan ditentukan oleh ketahanan es tetap membeku. Ada beberapa perlakuan untuk mempertahankan kesegaran ikan, antara lain:
a.    Pemanenan ikan harus dilakukan hati-hati agar ikan tidak luka. Ikan yang terluka akan mudah terserang bekteri sehingga terjadi otolisis.
b.    Ikan dimasukkan dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7C. Pada suhu tersebut, ikan yang masih hidup akan cepat pingsan dan mati tanpa meronta. Jumlah es yang digunakan sebanyak 1/6 volume air.
c.    Sebelum dikemas, ikanharus dicuci hingga bersih.
d.     Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat yang hanya memerlukan waktu 2-4 jam, dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang atau plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh, digunakan kotak dari seng atau fibreglass. Kapasitas kotak maksimum 50 cm. Ukuran ini adalah ukuran standar yang dapat menhindari resiko kerusakan ikan.
e.    Es yang digunakan harus es potongan kecil-kecil (es curah). Perbandingan jumlah es dan ikan sebaiknya 1:1. Es diletakkan secara berlapis-lapis. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm, ikan disusun di atas lapisan es tersebut, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak. Untuk pengangkutan dengan angkutan darat, biasanya digunakan kotak yang tidak berinsulasi karena hal tersebut dapat mengakibatkan es cepat mencair ketika udara panas. Oleh karena itu, bila perjalanannya lebih dari 6 jam, perlu ditambahkan es selama diperjalanan. Ikan yang disimpan di dalam kotak berinsulasi dan diberi es sesuai dengan prosedur tersebtu akan tahan sampai 7 hari.
Sumber :

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN PATIN SECARA BUATAN (INDUCE BREEDING)


Ikan patin (Pangasius sp) merupakan salah satu komoditi perikanan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Permintaan lokal dan ekspor ikan patin semakin meningkat dari tahun ke tahun. Karena daging ikan patin memiliki kandungan nilai gizi yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat, dan gurih membuat ikan patin ini disukai oleh masyrakat.
Pemijahan ikan pati selain di habitat aslinya, ikan ini belum mampu dipijahkan secara alami. Oleh karena itu perlu dilakukan pemijahan dengan teknik Induced breeding (Teknik Pemijahan Kawin Suntik). Berikut ini adalah tahapan pemijahan Ikan Patin dengan Teknik Kawin Suntik.
Seleksi Induk Matang Gonad

Induk merupakan salah satu factor penentu keberhasilan pembenihan Ikan Patin. Induk yang baik dan sehat akan menghasilkan benih yang baik pula.

Ciri Induk Patin Betina Matang Gonad:


·         Umur ± 2,4 tahun
·         Berat minimum 3 Kg/ekor
·         Perut membesar kearah anus
·         Perut tersa empuk dan halus saat diraba
·         Kloaka membengkak dan berwarna merah tua
·         Kulit dibagian perut lembek dan tipis
·         Jika bagian kloaka di tekan akan keluar beberapa butir telur berbentuk bulan dan ukuran seragam

Ciri Induk Patin Jantan Matang Gonad:

·         Umur 1,5 tahun
·         Berat minimum 2 Kg/ekor
·         Kulit bagian perut lembek dan tipis
·         Alat kelamin membengkak dan berwarna merah tuaJika perut diurut ke arah anus keluar sperma berwarna putih

Induced Breeding 

Induced Breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa ikan lain atau kelenjar hipofisa buatan yang mengandung hormone gonadotropin yang dipasaran dikenal dengan merek dagang Ovaprim.

Induced Breeding menggunakan Ovaprim dan HCG

1.    Dosis penyuntikan induk betina dan jantan berbeda. Induk jantan diperlukan Ovaprim sebanyak 0,3 ml/kg dan induk betina sebanyak 0,6 ml/kg
2.    Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan 2 kali. Penyuntikan pertama menggunakan HCG dengan dosis 500 IU/kg, sedangkan pada penyuntikan kedua menggunakan ovaprim yang dilakukan setelah 24 jam dari penyuntikan pertama.
3.    Penyuntikan induk jantan dilakukan sekali bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
4.    Penyuntikan dilakukan secara intra muscular dibelakang sirip punggung dengan memasukkan jarum sedalam 2 cm dengan kemiringan 45 derajat.
5.    Induk-induk tersebut disimpan dalam wadah/bak yang mengalir. Setelah 8 – 15 jam kemudian biasanya induk sudah ovulasi.

Stripping dan Pembuahan

Ovulasi adalah puncak induk matang gonad. Saat ovulasi telur yang telah matang harus dikeluarkan dengan cara memijit bagian perut (stripping) induk betina. 
Caranya sebagai berikut:
1.    Sediakan baskom plastic yang sudah dibersihkan dan dalam keadaan kering.



2.    Perut induk betina diurut secara perlahan-lahan dari bagian depan kearah belakang dengan menggunakan jari tengah dan jempol, lalu telur-telur tersebut ditampung dalam baskom.
3.    Selanjutnya sperma diambil dari induk jantan dengan proses yang hampir sama dengan stripping pada induk betina.
4.    Sperma yang keluar dari induk jantan langsung disatukan dengan telur yang telah ditampung didalam baskom
5.    Agar telur dan sperma tercampur dengan sempurna (terjadi pembuahan) lakukan pengadukan dengan menggunakan bulu ayam ± selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan secara berputar perlahan-lahan didalam baskom.
6.    Untuk meningkatkan fertilisasi, dapat ditambahkan larutan NaCl sambil tetap campuran dan disertai dengan memasukkan air sedikit demi sedikit. Pengadukan dilakukan selama 2 menit.

7.    Telur-telur yang dibuahi akan mengalami pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar dan berwarna kuning penuh. Telur yang tidak terbuahi berwarna putih dan mengendap dibawah.


Pencucian Telur

1.    Telur yang sudah dicampur dengan sperma dibilas dengan air bersih
2.    Telur dimasukan ke dalam larutan tanah liat, tujuannya untuk menhilangkan lendir yang melekat pada telur.  Telur diaduk sampai tidak mengumpal lagi.
3.    Telur disaring dengan skop net dan dibilas dengan air bersih sampai sisa-siasa air tanah tidak ada lagi.
Tanah yang digunakan dalam pencucian telur yaitu: tanah liat, tanah merah, atau tanah dari kolam.

Proses Penetasan Telur

1.    Siapkan wadah penetasan baik berupa corong ataupun akuarium penetasan yang sudah dicuci dan dikeringkan.
2.    Masukkan air bersih kedalam wadah penetasan.
3.    Telur-telur patin yang akan ditetaskan dituangkan kedalam wadah lalu disebarkan menggunakan bulu ayam, (jangan sampai telur menumpuk.
4.    Kepadatan telur sebanyak 400-500 butir/liter.
5.    Telur-telur yang dibuahi akan berkembang dan menetas dalam jangka waktu 28 jam pada suhu 26-28 derajat celsius.

Sumber :

Jumat, 04 Mei 2018

CARA PEMBUATAN BANDENG TANPA DURI



Ikan merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh manusia, karena kandungan proteinnya yang tinggi, mengandung asam amino esensial, dan harganya murah dibandingkan sumber protein yang lainnya.  Selain memiliki keunggulan diatas, ikan juga memiliki kelemahan karena cepat mengalami kebusukan.  Melihat keadaan itu, maka ikan perlu dilakukan penanganan, pengolahan, dan pengawetan secara cepat. 
Ikan bandeng mempunyai rasa yang gurih namun mempunyai kelemahan yaitu adanya tulang dan duri yang cukup banyak di dalam tubuh ikan Bandeng sehingga berisiko tinggi bila dikonsumsi oleh manusia terutama anak-anak. Hal ini mengurangi minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan Bandeng. Jumlah duri yang terdapat pada ikan Bandeng adalah sebagai berikut; pada bagian punggung ada 42 pasang duri bercabang yang menempel di dalam daging dekat permukaan kulit luar, bagian tengah ada 12 pasang duri pendek, pada rongga perut ada 16 duri, bagian perut dekat ekor ada 12 pasang duri kecil.
 

Bandeng Tanpa Duri merupakan produk perikanan setengah jadi berupa bandeng mentah segar yang telah dibuang tulang dan durinya. Kelebihan dari Bandeng Tanpa Duri yaitu tidak mengurangi atau menghilangkan kandungan gizi yang terdapat pada Bandeng mentah, karena pengolahannya hanya menghilangkan duri yang ada pada Bandeng, daging ikan masih dalam kondisi segar. Bandeng Tanpa Duri selanjutnya dapat dimanfaatkan menjadi berbagai variasi makanan sesuai dengan selera. Beberapa produk olahan dari Bandeng Tanpa Duri ini antara lain Bandeng Pepes, Bandeng Asap, Bandeng Nugget, Bandeng crispy dan sebagainya. Hasil produksi Bandeng Tanpa Duri kemudian dijual kepada konsumen, dimana konsumen ini setengahnya adalah konsumen pengguna (end user) dan sisanya adalah pedagang yang menjual kembali produk ini dalam keadaan mentah (fresh frozen) atau menjualnya setelah diolah menjadi produk makanan olahan.
Bandeng Tanpa Duri ini memang belum dikenal banyak oleh masyarakat, banyak yang mengira Bandeng Tanpa Duri ini sama dengan Bandeng Presto yang memang lebih dulu telah dikenal oleh masyarakat, sehingga produksi Bandeng Tanpa Duri ini masih sangat kecil bila dibandingkan dengan Bandeng Presto. Alasan sedikitnya produksi Bandeng Tanpa Duri ini yaitu proses produksi yang relatif sulit bagi pemula (meskipun setelah mahir, proses ini menjadi sederhana) serta membutuhkan ketekunan serta ketelitian tinggi, khususnya pada saat mencabut duri ikan bandeng tersebut. Seseorang yang telah mahir membutuhkan waktu 2-3 menit untuk melakukan pencabutan tulang dan duri Bandeng. Tetapi bila belum mahir maka mengerjakannya bisa mencapai waktu 15-20 menit untuk setiap ekor bandeng. Tahap pengolahan ikan bandeng tanpa duri adalah sebagai berikut :
Penyiangan
Hal pertama yang harus dilakukan dalam proses penyiangan adalah mencuci semua bandeng yang akan diolah menggunakan air dan es. Tujuannya adalah untuk membersihkan ikan bandeng dari kotoran tanah dan lumpur. Selanjutnya, ikan bandeng disiangi dengan cara membersihkan kotoran dan isi perut ikan dengan cara membelah menjadi bentuk kupu-kupu. Diperlukan kehati-hatian dalam membersihkan isi perut bandeng untuk menghindari pecahnya empedu. Bila empedu pecah, akan membuat rasa ikan menjadi pahit. Ada beberapa pengolah bandeng yang membuang insang. Namun, sebagian lagi ada yang membiarkannya dengan anggapan bahwa insang bisa dijadikan sebagai penyangga bentuk agar penampakan produk terlihat lebih menarik.
Pada dasarnya, tahap-tahap penyiangan bandeng adalah sebagai berikut :
1       Ikan bandeng dibelah pada bagian punggung ( bentuk kupu-kupu ) dari mulai kepala sampai pada pangkal ekor, usahakan pengirisan tidak memotong tulang punggung.


2    Bersihkan bandeng dengan cara membuang isi perut, kotoran, insang
3       Ikan bandeng dicuci agar bandeng juga bersih dari sisa-sisa darah. Pembersihan sisa darah penting dilakukan karena sisa darah yang masih melekat bisa mempercepat terjadinya proses pembusukan baik secara kimia maupun secara biologi. Agar lebih bersih, dilanjutkan dengan perendaman ikan dalam larutan garam 3% .
Pencabutan duri
Bagi pemula, pencabutan duri memang pekerjaan yang tergolong sulit untuk dilakukan. Namun, dengan terus berlatih, pekerjaan ini akhirnya akan terasa mudah. Pengetahuan mengenai jumlah duri tersebut dapat digunakan untuk memastikan apakah duri pada bagian itu sudah tercabut semua. Oleh karena itu, sebaiknya jumlah duri yang telah dicabut dihitung sehingga duri yang ketinggalan bisa segera diketahui. Alat yang biasa digunakan untuk mencabut duri adalah pinset yang rucing.
Pencabutan duri dapat dilakukan secara berurutan sesuai tahapan tersebut atau bisa dengan melakukan dari bagian yang dianggap paling mudah sampai ke bagian yang dirasa paling sulit. Perabaan sebaiknya dilakukan untuk memastikan duri telah tercabut semua. Apabila masih terasa ada duri, segera diambil. Sebaiknya hal ini dilakukan berulang-ulang hingga duri betul-betul tercabut semua.
1) Penggangkatan/ pencabutan tulang belakang
Tulang belakang dipatahkan pada bagian ekor selanjutnya ditarik ke atas kebagian kepala, daging ikan ditekan agar tidak ikut tertarik keatas sampai ke bagian kepala .
2) Cabut duri bagian perut sebanyak 16 pasang dengan menggunakan pinset

3) Mencabut duri di daerah dada dekat kepala (jumlah duri 12 buah)
4) Cabut duri punggung (jumlah duri 42 buah ) diawali pada bagian depan dekat tutup insang .
5) mencabut duri di daerah dekat pangkal ekor (jumlah duri 12 buah)
6) Potong sirip punggung yang diawali dari pangkal punggung sirip punggung hingga sirip terlepas.

7) Perabaan sebaiknya dilakukan untuk memastikan duri telah tercabut semua. Apabila masih terasa ada duri, segera diambil setelah duri betul-betul tercabut semua ikan bandeng tanpa duri siap dikemas.

Tabel 3. Kriteria Mutu Bandeng Cabut Duri Berdasarkan Penilaian Organoleptik
No
Parameter
Keterangan
1
Rupa
Ikan utuh dan tidak patah, muIus, tidak luka atau lecet, tetapi bersih dari sisik, bersih, tidak terdapat benda asing, serta tidak ada endapan lemak atau kotoran lain.
2
Warna
Warna spesifik, cemerlang, serta tidak berjamur dan berlendir
3
Bau
Spesifik seperti ikan, tanpa bau tengik, masam, basi, atau busuk
4
Tekstur
Kompak, padat, tidak berair dan kesat, serta tidak banyak daging yang rusak.

Pengemasan
Setelah duri bandeng tercabuti semua, ikan bandeng yang semula dibelah seperti kupu-kupu ditutup kembali seperti sediakala. Selanjutnya bandeng dimasukkan ke dalam kemasan plastik yang sudah diberi label. Kemasan dari plastik merupakan kemasan yang cukup baik untuk bahan pangan yang mudah rusak. Label dicantumkan untuk lebih memberikan nilai jual yang lebih tinggi dan sebagai salah satu media promosi produk tersebut.
Penyimpanan
Untuk mengawetkan bandeng cabut duri yang telah dikemas, diperlukan tempat pendingin untuk meletakkan bandeng sebelum dipasarkan. Tempat pendingin bias berupa kotak pendingin (cool box) atau freezer. Begitu pula sewaktu memasarkannya, produk bandeng cabut duri sebaiknya diletakkan di tempat pendingin.

SUMBER:
Asriani Ir, 2011. Modul Pengolahan Ikan Bandeng. Materi Penyuluhan Perikanan: Kelompok Modul Pengolahan Ikan. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
https://suhirmantphpi.wordpress.com/2014/11/28/367/