Ada berbagai jenis penyakit ikan gurame menjadi
tantangan tersendiri bagi para petani budidaya ikan gurame. Hal ini karena bisa mengancam keberhasilan budidaya yang
bisa berdampak pada nihilnya hasil yang diperoleh. Berikut kami ulas beberapa
jenis penyakit ikan gurame dan cara pengendaliannya.
Ada
dua kelompok besar yang dapat menyebabkan ikan terserang sakit. Pertama
penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut dengan penyakit
parasiter. Kedua, penyakit yang bukan disebabkan oleh jasad hidup, tetapi lebih
disebabkan oleh faktor fisika dan kimia perairan yang disebut penyakit
non-parasiter.
Penyakit
parasiter banyak disebabkan oleh jasad renik, berupa bakteri, jamur, virus,
protozoa, nematoda dan udang renik. Sementara itu, penyakit non-parasiter
disebabkan oleh buruknya kualitas pakan atau tercemarnya air oleh zat kimia
tertentu.
Penyakit
Parasiter
1. Bintik
putih
Penyakit
ini disebabkan oleh protozoa yang memiliki bulu getar, yaitu Ichthyophthirius
multifillis. Parasit ini biasanya berada di bawah lapisan epidermis kulit.
Gejala yang ditimbulkan adalah warna tubuh gurami menjadi pucat akibat dari
adanya bintik putih di seluruh badan ikan. Gurami terlihat sering
menggosok-gosokkan badannnya ke bagian dasar atau dinding kolam atau terlihat
megap-megap dan sering berkumpul di tempat pemasukan air karena kekurangan
oksigen.
Penyakit
ini dapat menular melalui penggunaan peralatan yang tidak bersih. Penularan
juga dapat terjadi akibat suhu air yang rendah (kurang dai 22 C), kurang makan,
atau tertular penyakit dari ikan liar.
Cara Pengendaliannya
Pengendaliannya
dapat dilakukan dengan merendam gurame dalam larutan formalin 25 ml/m3 air.
Selain itu, pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara menaikkan temperatur
air kolam hingga mencapai 28 C.
2. Myxosporeasis
Penyakit
myxosporeasis disebabkan oleh parasit Henneguya sp. dan Thellohanelus sp. yang
menyerang insang. Gurami yang diserang penyakit ini biasanya sudah berumur satu
bulan ke atas. Gejalanya muncul pembengkakan di bagian insang dan badan gurami.
Penyakit
ini muncul akibat kualitas air yang buruk, kandungan oksigen terlarut rendah,
dan kepadatan gurami yang terlalu tinggi. Penyakit ini dapat menular melalui
air. Pencegahannya dapat dilakukan dengan mengendapkan air sebelum diisikan
kolam. Sementara itu, penanggulangannya dilakukan dengan mengeringkan kolam
karena belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan penyakit ini.
3. Cacing
insang dan cacing kulit
Penyakit
cacing insang dan cacing kulit disebabkan oleh parsit Dactylogyriasis yang
menyerang benih gurami, terutama di bagian badan dan insang. Gejalanya gurami
tampak lemah, nafsu makan berkurang, dan sering berkumpul di permukaan air
karena kekurangan oksigen.
Timbulnya
penyakit ini didukung oleh kualitas air yang buruk, kekurangan pakan, padat
tebar terlalu tinggi, dan suhu udara rendah. Penyakit ini dapat menular melalui
media air. Mengatasinya dapat dilakukan dengan cara merendam benih gurami di
dalam larutan garam dapur 300 g/m3 air selama 24 jam. Selain itu, benih juga
dapat direndam di dalam larutan formalin 40 ml/m3 air selam 24 jam.
4. Kutu ikan
Penyakit
kutu ikan disebabkan oleh Argulus sp. yang menyerang dengan cara menggigit
seluruh bagian badan gurame. Di sekitar bekas gigitan akan terjadi perdarahan,
yang jika dibiarkan akan semakin menghebat. Munculnya penyakit ini dipengaruhi
oleh kualitas air yang buruk. Penularan terjadi melalui air dan kontak langsung
antara gurami yang sehat dan gurame yang sakit. Penyakit ini dapat diatasi
dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam dapur 1,25% selama 15 menit.
5. Bercak merah
Penyakit
bercak merah disebabkan oleh bakteri Aeromonas punctata dan Aeromonas
hydrophylla. Badan gurami yang terserang penyakit ini akan berwarna gelap dan
kulitnya menjadi kasar (akibat kekurangan lendir). Selain itu, gurami sering
muncul ke permukaan air akibat kekurangan oksigen.
Mengatasi
penyakit ini dapat dilakukan dengan cara merendam gurami di dalam larutan
Oxytetracyclin 205 ppm. Perendaman dilakukan tiga kali berturut-turut,
masing-masing selama 24 jam. Mengobati bekas luka dapat dilakukan dengan
mengoleskan obat merah yang diencerkan. Satu mililiter obat merah dilarutkan ke
dalam 10 ml air, lalu dioleskan ke bagian badan gurami yang luka.
Namun,
sekarang telah ditemukan vaksin khusus yang dikenal dengan nama vaksin Hydovet
untuk mencegah serangan bakteri Aeromonas hydrophylla. Caranya dengan
menyuntikkan vaksin Hydrovet 0,8 ml/kg bobot tubuh ke induk betina. Vaksinasi
maternal pada induk ikan gurami ini ternyata dapat meningkatkan ketahanan benih
terhadap serangan bakteri A. hydrophilla. Hal ini diketahui dari terbentuknya
antibodi pada induk dan benih gurami melalui titer antibodi. Vaksinasi maternal
dapat menekan angka kematian ikan gurami hingga 10%. Teknik vaksinasi ini dapat
dilakukan dengan mudah. Vaksin yang digunakan juga telah tersedia di pasaran
degan harga relatif murah jika dibandingkan dengan kenaikan produksi.
6. Columnaris
Penyakit
columnaris disebabkan oleh parasit Flexybacter columnaris yang menyerang bagian
sirip dan insang. Penyakit ini menyerang gurami dengan berbagai umur. Gejala
klinis yang muncul adalah ikan menjadi lemas, nafsu makan berkurang, sirip
rontok, dan insang terkelupas.
Penyakit
ini dapat menulai melalui media air atau kontak langsung antara ikan sehat
dengan ikan yang sakit. Pencegahan dapat dilakukan dengan melaksanakan sanitasi
yang baik, mendesinfeksi peralatan, dan mengurangi kandungan bahan organik terlarut
di dalam kolam. Gurami yang telah terserang penyakit ini, dapat diobati dengan
cara direndam di dalam larutan Baytril 8-10 ppm selama 24 jam.
7. Trichodina
Penyakit
trichodina disebabkan oleh parasit Trichodina sp. yang menyerang bagian kulit
dan sirip ikan. Serangan penyakit ini menyerang bagian kulit dan sirip ikan.
Serangan penyakit ini menyebabkan luka di sekujur bagian yang diserang.
Penyakit ini dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam
dapur 500-1.000 mg/l air selama 24 jam atau di dalam larutan formalin 25 mg/l
air selama 24 jam.
8. TBC
Penyakit
TBC sudah menjadi momok bagi para peternak gurami. Penyakit ini dapat
menimbulkan kematian hingga 30-70%. Bahkan, jika lingkungan kurang mendukung,
seperti air kotor dan suhu dingin, tingkat kematiannya dapat melebihi angka
tadi. Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya secara kuantitas, tetapi harga
jualnya pun turun karena tampilan ikan jelek. Penyakit TBC disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium sp., terutama Mycobacterium fortuitum.
Parasit
Mycobacterium fortuitum akan menyerang gurami, terutama yang sedang stres.
Stres pada gurami dapat disebabkan oleh kualitas air yang jelek. Kualitas air
kolam yang menurun dapat disebabkan adanya tumpukan limbah rumah tangga di
dasar kolam. Keadaan ini menyebabkan bahan organik terlarut meningkat dan pH
air menurun. Pada keasaman yang tinggi, oksigen terlarut menjadi sedikit dan
bakteri yang berkembang menjadi lebih patonegik sehingga ikan gurami mudah
stres.
Perbedaan
suhu yang ekstrim antara malam dan siang (10-15 C) juga dapat mengakibatkan
ikan lemah dan stres. Karena itu, serangan penyakit ini biasanya akan mengganas
pada peralihan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Jika suhu air di
bawah 26 C, bakteri dengan mudah menembus sistem pertahanan ikan.
Gejala
gurami terserang penyakit TBC di antaranya nafsu makan berkurang. Akibatnya,
sistem peredaran darah akan terganggu. Selain itu, adanya serangan bakteri atau
patogen akan merangsang produksi lendir yang berlebih. Lendir ini berfungsi
sebagai benteng pertahanan. Semakin gencar serangan bakteri, lendir yang
dikeluarkan pun semakin banyak. Akibat produksi lendir yang berlebihan,
lama-kelamaan kulit gurami mengering dan terkelupas.
Gejala
lain gurami terserang TBC adlaah kulitnya menjadi lebih gelap dan timbul bercak
merah hingga perdarahan di sekujur badan. Bercak merah biasanya ditemukan
pertama kali di pangkal ekor atau di daerah sekitar anus. Jika bakteri lama
berada di dalam badan gurami, akan muncul benjolan-benjolan kecil dan bagian
perut ikan membengkak (dropsy). Bahkan, mata gurami akan menonjol seperti
hendak jatuh. Benjolan atau pembengkakan ini disebabkan adanya pertumbuhan
granuloma atau tubercle. Jika benjolan tersebut dibedah akan tampak granuloma
berupa bintil-bintil kecil berwarna kemerahan. Granuloma ini merupakan hasil
metabolisme bakteri Mecobateriosis fortuitum. Granuloma juga dapat menyebar ke
organ lain, seperti ginjal, hati, dan limfa.
Penyakit
TBC bersifat zoonosis, yaitu selain menginfeksi ikan, juga dapat menyerang
manusia. Karyawan yang sering menangani ikan sakit dapat tertular penyakit ini
jika tidak segera mencuci tangan. Jika terinfeksi biasanya akan timbul
bintik-bintik atau koreng pada kulit kita. Dengan kemampuan virulensi yang
tinggi, infeksi ini dapat menyebar dengan cepat.
TBC
pada gurami termasuk penyakit yang sulit diobati. Jika seekor gurami terserang
bakteri mematikan ini, seisi kolam dapat tertular. Penularan dapat terjadi
melalui air, kontak tubuh, atau peralatan yang digunakan. Namun, jika sudah terjadi
serangan dapat diatasi dengan menggunakan antibiotik Rifampisin dosis 10-20
mg/kg bobot tubuh atau Etambutol-HCl dosis 15-20 mg/kg bobot tubuh. Pengobatan
ini memerlukan waktu sekitar enam bulan, bahkan lebih.
Melihat
proses pengobatan yang memakan waktu lama dan obat yang digunakan juga banyak,
otomatis biaya yang dikeluarkan juga bertambah. Karena itu, satu-satunya jalan
yang efektif agar gurami tidak terserang penyakit TBC adalah pencegahan secara
intensif. Pencegahan dapat dilakukan melalui perawatan kolam yang benar,
menjaga kualitas air tetap baik, dan memberikan pakan yang benar.
Perawatan
kolam yang dilakukan dengan cara membersihkan kolam setelah proses pemanenan.
Lumpur dan kotoran yang mengendap di dasar kolam dibuang. Lapisan tanah di dasar
kolam dibalik, lalu ditabur kapur pertanian sebanyak 100-150 g/m2. Jika tanah
dasar kolam beraksi asam, dosis kapur yang ditambahkan dapat mencapai 200 g/m2.
Selain sebagai desinfektan, kapur juga berguna untuk menurunkan keasaman air.
Setelah diberi kapur, kolam dikeringkan selama satu minggu.
Sebelum
dimasukkan ke dalam kolam, benih gurami sebaiknya diaklimatisasi agar terhindar
dari stres. Caranya dengan menambahkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam
kantong pengangkutan. Setelah itu, kantong pengangkutan yang sudah terbuka itu
diapungkan di atas permukaan air kolam dan ikan dibiarkan keluar dengan
sendirinya.
Agar
tidak mudah terserang penyakit (meningkatkan daya tahan tubuh), gurami
sebaiknya diberi imunostimulan. Misalnya, vitamin C dosis 150-500 mg/kg bobot
tubuh yang diberikan selama 7-10 hari ketika benih gurami seukuran korek api.
Selain vitamin C, benih gurami juga dapat diberi lipopolisakarida dosis 10
mg/liter. Untuk menekan pertumbuhan bakteri, pakan ikan gurami dapat ditambah
dengan probiotik, seperti Super NB atau Aquasin dosis 1ppm seminggu sekali.
Penyakit
Non-parasiter
Penyakit
non-parasiter disebut juga dengan penyakit non-infeksi. Penyakit ini disebabkan
oleh kualitas media yang jelek atau penanganan budi daya yang salah. Penyakit non-parasiter
dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu penyakit nutrisi, penyakit kejenuhan gas,
dan penyakit kekurangan oksigen.
1. Kekurangan
nutrisi
Penyakit
ini disebabkan kekurangan asam amino dan vitamin pada pakan. Selain itu, juga
dapat disebabkan keracunan alfatokin. Penyakit ini menyerang bagian insang dan
badan bagian luar. Gejalanya adalah tutup insang keriput, tubuh ikan bengkok,
dan pertumbuhannya lambat.
Munculnya
penyakit ini dipicu oleh kualitas pakan yang jelek atau pakan yang sudah
tercemar jamur. Karena itu, penyakit ini dapat diobati dengan mengganti pakan
yang lebih berkualitas dan memberikannya dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan.
2. Kejenuhan
gas
Penyakit
ini disebabkan oleh kandungan nitrogen, oksigen, dan karbondioksida di dalam air
kolam terlalu jenuh. Bagian yang terserang adalah kulit, mata, dan insang.
Penyakit ini lebih banyak menyerang benih gurami. Gejala klinis yang timbul
pada ikan yang terkena penyakit ini adalah timbulnya gelembung udara di bagian
kulit, mata, dan insang. Penyakit ini tidak menular, tetapi jika tidak segera
diobati akan menyebabkan gangguan kronis. Penyakit ini dapat diatasi dengan
cara mengganti air atau meningkatkan kualitas air kolam.
3. Kekurangan
oksigen
Penyakit
ini disebabkan oleh oksigen terlarut di dalam air rendah. bagian yang terserang
adalah organ tubuh bagian dalam (paru). Penyakit ini menyerang gurami dari
semua golongan umur. Gejala klinis yang muncul adalah gurami sering membuka
tutup insang dan berkumpul di permukaan air. Munculnya penyakit ini dipicu oleh
pertumbuhan plankton yang berlebihan dan kadar bahan organik terlarut sangat
tinggi. Oleh karena itu, cara mengatasinya dapat dilakukan dengan memperbaiki
kualitas air, mengurangi bahan organik, dan mengurangi kepadatan ikan.
SUMBER
: http://1001budidaya.com/penyakit-ikan-gurame/