Selasa, 04 Juli 2017

BIOFLOK, SUPLEMEN ALAMI IKAN

Apakah Anda pernah mendengar istilah “pakan herbal”?
Istilah ini banyak dibahas di komunitas pembudidaya beberapa waktu lalu. “Pakan herbal” ini dikatakan mampu menghemat penggunaan pakan karena diperlukan sedikit saja (2-3 sendok setiap pemberian pakan). Pun, karena “pakan herbal” ini berbentuk tepung, maka dengan mudah akan larut dalam air. Bahan organik pada “pakan herbal” yang bercampur dengan kotoran ikan kemudian menjadi nutrisi terlarut dalam air dimana ikan cukup “meminumnya” saja. Apakah mungkin?
Ada dua hal yang rasanya perlu diperhatikan mengenai pernyataan di atas. Pertama, bagi sebagian besar pembudidaya, yang disebut pakan herbal adalah tambahan bahan-bahan alami seperti tumbuhan, buah-buahan, rempah-rempah, atau ikan berukuran kecil (runcah). Biasanya, petani ikan akan menambahkan daun pepaya atau eceng gondok yang langsung disebar ke kolam.
Penggunaan daun pisang di kolam budidaya lele (sumber)
Petani yang sekaligus ingin menghemat penggunaan pakan pabrikan juga tidak jarang meracik sendiri pakannya. Terdiri dari bekatul, ampas tahu, bawang putih, jahe dan sebagainya, racikan kemudian dibentuk seperti pelet. Penggunaan pakan herbal pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu mencegah serangan penyakit sehingga ikan lebih sehat. Kedua, prinsip “pakan herbal” yang larut dan bersatu dengan kotoran ikan lalu dapat dimanfaatkan ikan sebagai pakan adalah prinsip yang serupa dengan bioflok.
Bioflok—sesuai namanya yang merupakan gabungan dari kata “bios” (kehidupan) dan “flock” (gumpalan)—adalah kumpulan dari berbagai organisme seperti bakteri, mikroalga, protozoa, ragi dan sebagainya, yang tergabung dalam gumpalan.
Jika pakan herbal yang sebelumnya disebutkan menambahkan tanam-tanaman, budidaya menggunakan sistem bioflok ini menambahkan organisme hidup (probiotik) yang berperan tidak hanya sebagai pakan tambahan alami bagi ikan tetapi juga menjaga kualitas air sehingga ikan lebih sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar