Jumat, 14 Juli 2017

ALAT TANGKAP TRADISIONAL- LUKAH


Lukah- Di dalam masyarakat suku Banjar Kalimantan Selatan Indonesiaada banyak alat tradisional yang digunakan untuk menangkap ikan. Alat-alat tersebut umumnya dibuat sendiri atau membeli dari pengrajin yang telah diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anak begitu seterusnya hingga sekarang. Lukah berbahan sederhana, yaitu terbuat dari serutan bambu yang dibentuk seperti jeruji kecil, kemudian jeruji ini dibentuk sedemikian rupa menjadi tube atau bangunan silinder yang berdiameter 20-25 cm dan panjang antara 1,5 hingga 2 meter. Di dalam silender tersebut dipasang  dua bangunan kerucut yang disusun secara seri, juga berbahan jeruji bambu. Tujuannya agar ikan yang sudah masuk tidak dapat keluar lagi melalui pintu masuk tersebut. Jarak antar jeruji bambu bervariasi, tergantung target ikan yang ingin di tangkap, misalnya untuk ikan sepat atau gurami jarak antar jeruji lebih rapat, namun jika untuk ikan gabus (Banjar ; haruan), dan Lele (Banjar ;Pentet) maka jarak antar jeruji dibuat lebih renggang tetapi dengan ukuran jeruji bambu yang sedikit lebih besar.



Lukah digunakan untuk menangkap ikan dengan cara di tempatkan di parit, selokan, atau saluran air. Biasanya alat tradisional ini digunakan saat musim penghujan diman parit-parit atau selokan akan dipenuhi air. Menangkap Ikan dengan Alat Tradisional Lukah jika ditelusuri lebih dalam mengandung kearifan lokal dimana hanya ikan-ikan berukuran  cukup besar yang tertangkap sedangkan anak-anak ikan tidak, dengan demikian ketersediaan ikan tidak akan menurun secara drastis seperti halnya menangkap ikan dengan tuba, pukat harimau atau arus listrik.



Selain Lukah ada banyak Alat tradisional yang digunakan masyarakat Suku Banjar Kalimantan Selatan untuk menangkap ikan. Sebagian mungkin juga digunakan oleh suku lain dengan nama yang sama atau mungkin berbeda. Beberapa di antaranya ialah Rengge, Kabam, Tampirai, sarapang, halawit, tangguk, rempa, tugu, unjun, banjur, dll.



Sayangnya keberadaan alat-alat tradisional penangkap ikan ini kini mulai dilupakan seiring mulai merambahnya cara menangkap ikan dengan putas atau tuba dan setrum (arus listrik). Padahal cara menangkap ikan seperti ini tidak hanya membunuh ikan-ikan besar tetapi juga benih-benih ikan bahkan organisme lain yang menjadi makanan ikan, sehingga dalam kurun waktu tertentu populasi ikan akan menurun secara signifikan yang akhirnya merugikan nelayan itu sendiri.

SUMBER :

Kamis, 06 Juli 2017

PENYEBAB IKAN MASKOKI TERSERANG PENYAKIT DAN CARA PENGOBATANNYA



Pakan yang rentan membawa bibit penyakit adalah bahan pakan alami atau pakan hidup, seperti cacing sutera, larva nyamuk, atau kutu air. Dapat juga berasal dan pakan olahan seperti cacing super beku (frozen blood worm). Tidak dapat dipungkiri semua jenis pakan alami tersebut diambil dan perairan yang kotor.
Pakan lain yang juga umum dikonsumsi maskoki, terutama induknya, yaitu larva nyamuk(Mosquito lurvacide) yang populer disebut cuk atau ughet-ughet (Jawa). Larva berukuran 10-25 mm ini hidup berkelompok di air tergenang ber-pH rendah antara 6-6,5. Larva nyamuk yang baru diambil tidak dapat langsung dikonsumsi maskoki karena ada juga sejenis ulat yang tidal layak dikonsumsi maskoki.
Cara membersihkan ulat tersebut dengan memasukkan larva nyamuk ke dalam baskom yang sudah terisi air 1/2 bagian. Kemudian, larutkan 1 tetes Tetra AquaSafe/liter air. Setelah dibiarkan 1 jam, ulat berwarna kelabu akan keluar dari wadah dan ulat berwarna hitam berkumpul di dasar wadah. Selanjutnya, sifon dengan selang kecil ulat yang di dasar wadah dan buang ulat yang di permukaan air. Setelah bersih, larutkan Tetra Medica Contra Spot, Rot Stop, atau Dactylo Shower dengan dosis 1 tetes/liter air. Larva siap dikonsumsi induk maskoki setelah dibiarkan 3 jam.
Maskoki gatal karena terserang cendawan berwarna putih kapas yang lazim disebut whitespot. Gejala awalnya, maskoki berenang seperti tersentak-sentak, sirip terkulai dan tubuh dibentur-benturkan ke dinding akuarium.
Bila diperhatikan, pada bagian tubuhnya terdapat butiran kecil seperti serbuk yang semula garam. Sekitar 2-3 hari kemudian, tubuh dan sirip maskoki dipenuhi bintik putih. Penyebab penyakit ini adalah parasit Icthtiopthirius multjfihiis. Parasit golongan Ciliata ini hidup di air ber-pH rendah dan kotor. Penyebab penyakit ini terbawa ke dalam akuarium bersama pakan segar, seperti larva nyamuk atau kutu air. Sporanya melekat di tubuh larva atau mengapung di air bersama kutu air.
Ikan yang telah sakit diobati dengan cara teteskan obat antibiotik cair, seperti Tetra Medica Fungi Stop, Dactylo Shower, atau Blitz Icth yang mengandung tetrametil paramino trifenil atau Rid-all yang mengandung dimetil amino trifenil metanol dengan takaran 1 tetes/ liter air. Biarkan obat ini berada dalam akuarium selama 2 hari. Selanjutnya, air disifon dan diganti dengan air yang baru. Perhatikan hasil dan pengobatan selama 2 hari. Bila jamur masih banyak melekat, larutkan kembali obat antibiotik dengan dosis yang sama. Selama dalam perawatan, maskoki harus tetap diberi pakan. Akan tetapi, bila tidak disentuh, pakan segera diangkat agar air tidak tercemar. Bila belum parah, dalam waktu 1 minggu ikan sudah sembuh dari penyakit tersebut.
Melihat gejala dan kondisi fisiknya, dapat dipastikan maskoki sudah terserang penyakit velvet. Gejala awal penyakit ini mirip dengan penyakit white spot. Tahap selanjutnya, lendir di bagian tubuh terlepas, warna maskoki menjadi pudar, kesulitan bernapas, dan maskoki pun menemui kematian. Penyebab penyakit ini adalah parasit Qodiniumpillularis dan famii Dinoflageflate. Ukuran tubuhnya sangat kecil, 50-70 mikron. Hidup dan perkembangbiakkannya di air keruh. Bibit penyakit terbawa oleh cacing sutera, cacing super, larva nyamuk, atau kutu air. Maskoki yang telah sakit dapat diobati dengan cara sebagai berikut : Teteskan obat antibakterial cair seperti SuperInternal,Tetra Medica Contraspot,atauRot Stop yang mengandung formaldehyde dengan dosis 1 tetes/2 liter air.
Biarkan maskoki terendam selama 1-2 har, kemudian air dikuras habis. Bila terlihat parasit masih melekat maka pengobatan dapat diulangi. Penyakit velvet ini juga dapat diberantas dengan Furazan Gold atan tetrasilclin yang dijual bebas di apotek atau toko obat. Dosis Furazan Gold dan tetrasiklin yang digunakan 1 butir kapsul dilarutkan dalam air 1 sendok makan. Selanjutnya, 3 tetes larutan tetrasiklin tersebut dicampurkan dalam 1 liter air. Furazan Gold 1 sendok teh dilarutkan dalam air 1/2 cangkir air. Selanjutnya, 2 tetes larutan yang berwarna kuning digunakan untuk 1 liter air. Biarkan maskoki terendam selama 1 jam. Kemudian, air diganti dengan air baru. Bila penyakit belum telanjur parah, dalam waktu 2 hari maskoki sudah sembuh.
Benda yang melekat di sirip atau tubuh maskoki itu adalah Argullusinclicus, kutu air parasit golongan udang renik, famili Copepoda. Tubuhnya berbentuk bulat seperti kura-kura berwarna hijau muda transparan. Kutu air parasit ini mengisap darah maskoki. Maskoki yang terserang menjadi liar dan kehilangan nafsu makan. Pada akhirnya, maskoki dapat mengalami kematian. Kutu terbawa ke dalam kolam atau akuariurn bersama larva nyamuk atau kutu air. Sering pula, kutu terbawa masuk oleh maskoki yang baru dibeli. Cara mengatasi kutu Argullus ini dengan menangkap ikannya dan membuang kutu satu per satu menggunakan pinset. Kutu yang sudab terlepas dan tubuh ikan segera dihancurkan. Ikan yang sudah dibersihkan dari kutu dimasukkan ke dalam wadah lain yang telah ditetesi Blitz Icth atau Tetra Medica Fungistop dengan dosis 1 tetes/2 liter air untuk mencegah masuknya bibit penyakit lain ke dalam wadah. Selain itu, dapat juga digunakan bubuk Abate berbahan aktif phenylene phosphorothioate 1% yang dilarutkan dalam kolam atau akuarium dengan takaran 2 bungkus Abate per 100 liter air. Dalam waktu 1 jam, kutu air yang melekat di tubuh maskoki terlepas semua dan mati karena kesulitan bernapas. Pernapasan maskoki tidak terganggu karena Abate hanya efektif membunuh insekta yang bernapas dengan trakea. Agar maskoki tidak stres, larutkan Tetra AquaSafe dengan takaran 1 tetes/5 liter air.
Dapat dipastikan insang maskoki terserang cacing golongan Trematoda yang bernamaDactylogyrus sp. Cacing ini terbawa dalam pakan segar, seperti cacing sutera, cacing suf atau jentik nyamuk yang kurang higienis. Mengobati serangan cacing Trematoda ini cukup sulit. Sering kali pada saat pengobatan, maskoki sudah menemui kematian. Pencegahan terhadap serangan cacing ini hanya dengan mennyucihamakan pakan sebelum diberikan maskoki. Pengobatan dapat dicoba dengan cara merendam maskoki yang sakit ke dalam larutan PK dosis 1/2 gram/ 5 liter air. Lakukan perendaman selama 5 menit, kemudian pindahkan maskoki ke dalam wadah yang sudah berisi air bersih.
Setelah 2 menit, masukkan kembali maskoki ke dalam larutan PK. Lakukan pengobatan ini sampai terlihat maskoki sudah dapat bernapas secara normal. Ada beberapa jenis maskoki, seperti bubble eyes dan red cap oranda, pada saat pengobatan menjadi stres berat, lendirnya terlepas, dan warnanya menjadi pudar. Untuk mengatasi kondisi tersebut, siapkan wadah berdiameter 30 cm, isi dengan air bersih 1/2 bagian dan larutkan cairan antistres, seperti Tetra AquaSafe sebanyak 20 tetes. Biarkan maskoki berada di dalam air tersebut selama menit sebelum direndam kembali ke dalam larutan PK. Akuarium tempat asal maskoki dibersihkan dan airnya diganti dengan air baru yang sudah diendapkan. Sebelum maskoki dimasukkan kembali ke dalam akuarium, larutkan Tetra Black Wateruntuk mengikat logam berat dan menurunkan kadar klorin dengan takaran 1 tetes / liter air. Kemudian, masukkan cairan antistres Tetra AquaSafe dosis 1 tetes/3 liter air. Sebagai perlindungan terhadap serangan penyakit, larutkan Dactylo Shower atau Rot Stop dengan takaran 1 tetes/5 liter air.

Sumber :
Nurleli, 2011. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Ikan Maskoki. Materi Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Nomor: 012/TAK/BPSDMKP/2011. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2015/08/

Selasa, 04 Juli 2017

BIOFLOK, SUPLEMEN ALAMI IKAN

Apakah Anda pernah mendengar istilah “pakan herbal”?
Istilah ini banyak dibahas di komunitas pembudidaya beberapa waktu lalu. “Pakan herbal” ini dikatakan mampu menghemat penggunaan pakan karena diperlukan sedikit saja (2-3 sendok setiap pemberian pakan). Pun, karena “pakan herbal” ini berbentuk tepung, maka dengan mudah akan larut dalam air. Bahan organik pada “pakan herbal” yang bercampur dengan kotoran ikan kemudian menjadi nutrisi terlarut dalam air dimana ikan cukup “meminumnya” saja. Apakah mungkin?
Ada dua hal yang rasanya perlu diperhatikan mengenai pernyataan di atas. Pertama, bagi sebagian besar pembudidaya, yang disebut pakan herbal adalah tambahan bahan-bahan alami seperti tumbuhan, buah-buahan, rempah-rempah, atau ikan berukuran kecil (runcah). Biasanya, petani ikan akan menambahkan daun pepaya atau eceng gondok yang langsung disebar ke kolam.
Penggunaan daun pisang di kolam budidaya lele (sumber)
Petani yang sekaligus ingin menghemat penggunaan pakan pabrikan juga tidak jarang meracik sendiri pakannya. Terdiri dari bekatul, ampas tahu, bawang putih, jahe dan sebagainya, racikan kemudian dibentuk seperti pelet. Penggunaan pakan herbal pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu mencegah serangan penyakit sehingga ikan lebih sehat. Kedua, prinsip “pakan herbal” yang larut dan bersatu dengan kotoran ikan lalu dapat dimanfaatkan ikan sebagai pakan adalah prinsip yang serupa dengan bioflok.
Bioflok—sesuai namanya yang merupakan gabungan dari kata “bios” (kehidupan) dan “flock” (gumpalan)—adalah kumpulan dari berbagai organisme seperti bakteri, mikroalga, protozoa, ragi dan sebagainya, yang tergabung dalam gumpalan.
Jika pakan herbal yang sebelumnya disebutkan menambahkan tanam-tanaman, budidaya menggunakan sistem bioflok ini menambahkan organisme hidup (probiotik) yang berperan tidak hanya sebagai pakan tambahan alami bagi ikan tetapi juga menjaga kualitas air sehingga ikan lebih sehat.