Indonesia memiliki wilayah perairan yang lebih luas dari pada daratan. Sekitar 2/3 luas Indonesia merupakan wilayah perairan. Wilayah perairan tersebut mencakup laut, danau, waduk, sungai, dan lain-lain.
Dari jenis perairan tersebut, hampir semua daerah di Indonesia memiliki sungai. Sehingga, sungai-sungai Indonesia terkenal dengan sumber daya ikannya yang melimpah. Setiap sungai di beberapa daerah bahkan memiliki jenis ikan endemik yang tidak dapat ditemukan di daerah lain.
Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah memiliki cara yang khas dalam mengolah ikan. Demikian juga dengan cara menangkap ikan. Metode penangkapan ikan dengan cara tradisional yang dimiliki oleh masyarakat adat pada dasarnya adalah demi keberlanjutan ekonomi dan demi lingkungan tetap lestari. Membahas tentang alat untuk menangkap ikan, sebenarnya juga akan membahas mengenai etnobiologi suatu masyarakat. Suatu masyarakat pasti akan mengupayakan agar sumber daya yang ada tetap lestari, sehingga dapat dinikmati pula oleh generasi selanjutnya. Akan tetapi, berhubung faktor ekonomi yang mendesak dan populasi manusia yang terus meningkat, akhirnya banyak orang yang melakukan cara-cara menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan.
Alat untuk menangkap ikan di sungai cukup banyak ragamnya. Jenis alat tangkap ikan di sungai yang populer di tengah masyarakat Indonesia antara lain: pukat/jala, alat pancing, bubu/perangkap ikan, racun, alat setrum, dan tombak.
Inilah beberapa alat tangkap tradisional yang sering digunakan nelayan :
1. Alat Tangkap Pukat/Jala
Alat tangkap ikan yang pertama adalah pukat/jala. Pukat merupakan alat tangkap ikan yang berbentuk jaring. Alat ini keberja seperti saringan. Semakin besar lubang/diameter, akan semakin sedikit yang terjaring. Sebaliknya, semakin kecil lubangnya akan semakin banyak yang terjaring.
Pukat seringkali disalahgunakan oleh masyarakat untuk memproleh hasil tangkapan yang lebih banyak. Para penangkap ikan menggunakan pukat dengan lubang kecil sehingga ikan-ikan yang seharusnya belum boleh ditangkap ikut terbawa.
Namun demikian, jaring lebih cocok digunakan pada sungai dengan arus tenang dan tanpa batuan. Sehingga, sungai dengan arus deras dan berbatu relatif lebih aman dibanding sungai dengan arus tenang.
2. Pancingan
Alat tangkap ikan popoler kedua yaitu pancing. Alat ini bekerja dengan cara mengait ikan pada mata pancing yang berupa logam berpengait. Agar ikan bisa terjerat pada mata pancing, perlu dikaitkan umpan berupa cacing, pelet, atau makanan ikan. Alat tangkap ikan popoler kedua yaitu pancing.
Dalam satu alat pancing pada umumnya hanya menggunakan satu mata pancing, meski ada juga masyarakat yang menggunakan lebih dari satu mata pancing dalam satu alat pancing. Hasil tangkapan dengan alat ini tentu tidak banyak.
Oleh karena itu, bagi penangkap ikan yang hasilnya untuk dijual, alat ini dinilai kurang menguntungkan. Akan tetapi, dari segi keamanan bagi lingkungan, alat ini dinilai cukup ramah lingkungan.
3. Alat Tangkap Bubu
Alat tangkap ketiga adalah bubu. Di beberapa daerah, bubu juga digunakan untuk menangkap belut. Alat ini bekerja seperti perangkap. Untuk menangkap ikan, terlebih dahulu dimasukkan umpan agar ikan tergoda untuk masuk. Setelah ikan masuk, secara otomatis lubang masuk pada bubu akan menutup atau menyempit.
Sehingga, ikan yang terperangkap tidak dapat keluar kembali. Kelemahan alat ini adalah, pemasang perangkap harus tahu lokasi yang banyak ikannya. Selain itu, pemasang perangkap juga harus ingat tempat memasang bubu.
4. Tombak
Alat tangkap terakhir yaitu tombak. Tombak bukan alat yang terlalu populer untuk menangkap ikan. Alat ini membutuhkan keterampilan khusus dalam menggunakannya. Alat ini memang tidak terlalu bahaya bagi lingkungan. Namun, perlu diperhatikan bahwa biasanya juga digunakan racun pada ujung mata tombak. Tidak banyak masyarakat yang menggunakan cara ini untuk menangkap ikan, karena dinilai sulit dan hasilnya tidak maksimal.
Tekalak adalah perangkap yang dibuat dari sebatang bambu muda yang di anyam menggunakan selembar akar. Bambu yang masih muda ditebang dan dibelah-belah namun belahannya tidak sampai terpisah dari ujung ke ujung, namun pada bagian pangkalnya tidak terpotong. Setelah bambu terbelah maka kita akan menggunakan akar untuk membentuk Tekalak, Akar yang panjang dilipat menjadi dua dan dianyam menyilang disetiap belahan bambu, Setelah sampai ke bagian muka maka akar diikat kuat agar tak terlepas. Tekalak adalah perangkap yang dibuat dari sebatang bambu muda yang di anyam menggunakan selembar akar. Bambu yang masih muda ditebang dan dibelah-belah namun belahannya tidak sampai terpisah dari ujung ke ujung, namun pada bagian pangkalnya tidak terpotong. Setelah bambu terbelah maka kita akan menggunakan akar untuk membentuk Tekalak, Akar yang panjang dilipat menjadi dua dan dianyam menyilang disetiap belahan bambu, Setelah sampai ke bagian muka maka akar diikat kuat agar tak terlepas.
Tekalak dipasang di aliran air yang
mengalir, namun pemasangan Tekalak membutukan penutup aliran air yang biasa
disebut Tabaan. Kegiatan
memasang Tekalak ini disebut Menaba karena menutup sebuah aliran air agar ikan
hanya lewat melalui bagian yang diberi lubang yang sudah dipasangi Tekalak.
Masa perangkap ini dilihat(Dicaru)
biasanya satu malam, ini dilakukan karena pertimbangan berdasarkan dimana kita
memasang Tabaan. Namun kita dapat Mencaru(Melihat) Tabaan pada pagi dan sore
hari apabila memang tempat dimana kita memasang Tabaan adalah sungai yang
memiliki banyak ikan.
Dalam kehidupan masyarakat suku dayak
memiliki kegiatan yang bernama menangguk yang biasa dilakukan oleh setiap
anggota masyarakat suku dayak, tidak memperdulikan anak-anak,dewasa ataupun
lansia karena kebiasaan itu memang telah tertanam dalam setiap masyarakat suku
dayak.Tangguk adalah alat yang digunakan untuk menangguk, cara melakukannya
hanya perlu memegang kedua ujungnya lalau menariknya ke ara badan. Tangguk
dibuat dari bahan Rotan Lantung dan rotan saga, bahan lantung masing masing
ujungnya dibuat lancip agar dapat dilipat menjadi lingkaran memanjang setengah
bola dan diikat dengan sasai saga(Rotan saga yang dibentuk kecil untuk
mengikat).Menangguk biasa dilakukan saat siang hari namun ada juga yang
melakukannya dimalam hari. Menangguk yang dilakukan pada malam hari bukan lagi
menangguk namun namanya berubah menjadi menyiau.
Berdasarkan penjelasan alat tangkap ikan di sungai, pilihan alat tangkap terbaik sejatinya kembali kepada individu penangkap ikan. Setiap alat yang digunakan tentu memiliki akibat dan konsekuensi yang harus ditanggung. Pilihan pertama adalah untuk menjaga kelestarian ikan demi sustainable oconomy, atau pilihan kedua memaksimalkan hasil tangkapan saat itu juga tanpa memperhatikan lingkungan. Akan tetapi, demi kelestrian yang bisa dinikmati generasi berikutnya, selalu gunakan alat tangkap ramah lingkungan.