Jumat, 22 September 2017

BUDIDAYA IKAN GABUS


Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dijumpai di sungai dan rawa-rawa. Ikan gabus termasuk ikan predator atau kanibal karena bisa memangsa ikan-ikan lain yang ukurannya lebih kecil, serangga, serta kodok yang menjadi incaran makanannya.
Ikan gabus memiliki ciri tubuh bulat gilig memanjang seperti peluru kendali, berkepala besar agak gepeng seperti ular dengan sisik-sisik besar di atas kepala. Sehingga ikan ini dinamakan ikan snakehead (ikan kepala ular). Dalam bahasa Jawa ikan ini juga dinamakan ikan kutuk.
Ikan gabus. Hampir semua orang tahu. Karena mereka sudah merasakan kelezatannya. Ikan inipun mudah sekali didapat, bisa dibeli di pasar, bahkan di warung-warung sekitar tempat tinggalnya. Namun apakah mereka tahu asal-usul ikan tersebut. Tentu saja tidak semua orang tahu, termasuk cara budidayanya. Inilah yang akan dikupas dalam artikel ini.
Soal asal usul. Ternyata ikan gabus adalah ikan asli Indonesia. Hidup di perairan sekitar kita, di rawa, di waduk dan di sungai-sungai yang airnya tenang. Namun ikan gabus yang bisa dibeli di pasar-pasar dan warung-warung, kemungkinan besar dari Kalimantan. Karena pulau itulah yang kini menjadi pemasok terbesar untuk pasar-pasar seluruh Indonesia. Namun sayang, populasi ikan gabus di alam sudah mulai berkurang, sehingga budiadaya ikan ini perlu dikembangkan.
Lalu soal cara budidaya ikan gabus. Ternyata ikan inipun tidak susah. Tidak perlu dengan pemijahan buatan, cukup dengan pemijahan alami. Tentu saja hal ini disebabkan karena ikan gabus sudah akrab dengan perairan kita. Salah satu instansi perikanan yang sudah berhasil adalah Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan. Artikel inipun diambil dari salah satu leafletnya.
Namun sebelum mengupas tentang cara budidayanya, alangkah lebih baiknya kita tahu dulu tentang biologinya, terutama habitat, kebiasaan hidup, kebiasaan makan dan sistematikanya. Di Kalimantan, ikan gabus banyak ditemukan di rawa-rawa daerah pedalaman, hidup di dasar perairan yang dangkal, bersifat carnivor atau pemakan daging, terutama ikan-ikan kecil yang mendekatinya. Ikan gabus bersifat musiman, memijah pada musim hujan dari Bulan Oktober hingga Desember.
Secara sistematika, seorang ahli perikanan, Kottelat (1993) memasukan kedalam : Kelas : Pisces; Ordo : Labyrinthycy; Famili : Chanidae; Genus : Channa; Spesies : Channa striata; sinonim dengan Ophiochephalus striatus. Ikan gabus memiliki nama lain, yaitu gabus isilah Indonesia, Haruan merupakan nama daerah Kalimantan. Sedangkan dalam Bahasa Inggeri disebut Snaka Head Fish.

Beda jantan dan betina
Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah. Caranya dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai dengan kepala lonjong, warna tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan putih bening. Betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh lebih terang, perut membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Induk jantan dan harus sudah mencapai 1 kg.

Pemijahan
Pemijahan dilakukan dalam bak beton atau fibreglass. Caranya, siapkan sebuah bak beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 3 – 4 hari; masukan air setinggi 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan; sebagai perangsang pemijahan, masukan eceng gondok hingga menutupi sebagian permukaan bak; masukan masukan 30 ekor induk betina; masukan pula 30 ekor induk jantan; biarkan memijah; ambil telur dengan sekupnet halus; telur siap untuk ditetaskan.
Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan pengontrolan setiap hari. Telur bersifat mengapung di permukaan air. Satu ekor induk betina bisa menghasilkan telur sebanyak 10.000 – 11.000 butir.

Penetasan telur
Penetasan telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 40 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama penetasan; pasang pula pemanas air hingga bersuhu 28 O C; masukan telur dengan kepadatan 4 – 6 butir/cm2; biarkan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24 jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan makanan cadangan.

Pemeliharaan larva
Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari menetas hingga berumur 15 hari, dalam akuarium yang sama dengan kepadatan 5 ekor/liter. Kelebihan larva bisa dipelihara dalam akuarium lain. Pada umur 2 hari, larva diberi pakan berupa naupli artemia dengan frekwensi 3 kali sehari. Dari umur 5 hari, larva diberi pakan tambahan berupa daphnia 3 kali sehari, secukupnya. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan penyiponan, dengan membuang kotoran dan sisa pakan dan mengganti dengan air baru sebanyak 50 persen. Penyiponan dilakukan 3 hari sekali, tergantung kualitas air.

Pendederan
Pendederan I ikan gabus dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 200 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 - 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 4.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.


SUMBER:

CARA MERAWAT INDUK IKAN NEON TETRA



Ikan Neon Tetra adalah ikan hias air tawar yang berasal dari daerah Amazon, dekat perbatasan Peru. Di alam aslinya ikan ini bersifat omnivora. Warna tubuhnya sangat indah dan bercahaya dengan punggung hijau lembut, strip biru terang di sepanjang tubuh, perutnya putih dan antara pangkal ekor ke atas berwarna merah menyala serta sirip transparan. Ikan ini berukuran kecil, dengan panjang maksimal 3 cm, dan hidup berkelompok.
       Tahapan kegiatan dalam budidaya ikan hias meliputi pemeliharaan induk, pemijahan induk, pemeliharaan larva sampai ukuran pasar, serta panen dan pengangkutan. Ikan Neon Tetra dapat dipelihara dan dipijahkan di dalam akuarium. Pemeliharaan induk ikan Neon Tetra dilakukan terpisah antara induk jantan dan induk betina. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemijahan secara liar, sehingga untuk pemeliharaan induk dipersiapkan dua set akuarium. Satu set akuarium untuk pemeliharaan induk betina dan set yang lain untuk induk jantan.
       Memilih induk merupakan tahap penting dan turut menentukan keberhasilan pemijahan ikan neon tetra. Induk jantan dan betina ikan neon tetra mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Ikan Neon Tetra memiliki ciri khas berupa warna biru menyala pada tubuhnya mulai dari ujung mulut sampai ke pangkal ekor. Neon Tetra jantan memiliki warna biru menyala lurus mendatar dan tubuh yang lebih ramping, sedangkan betinanya memiliki warna biru menyala tidak lurus (bengkok) dan perut besar. Ukuran induk Neon Tetra dapat mencapai 3 cm dan sudah mulai bisa dipijahkan pada ukuran 2,5 cm pada saat berumur 6-7 bulan. Ada beberapa ciri yang perlu diperhatikan dalam memilih induk yang akan dipelihara yang meliputi gerakan, kesehatan, warna, bentuk tubuh, garis neon biru, panjang tubuh, berat dan umur ikan seperti tercantum pada tabel 1.
       Ikan yang sehat adalah ikan yang gerakan, perilaku dan morfologi yang normal sesuai dengan biologi ikan itu sendiri. Induk jantan bergerak lebih lincah dibandingkan dengan induk betina. Tabel dibawah ini menampilkan ciri-ciri induk ikan neon tetra jantan dan betina dalam hal gerakan, warna, kesehatan, bentuk tubuh berikut garis neon biru, berat dan panjang rata-rata, dan umur induk.



Induk-induk ikan neon tetra perlu dipelihara terlebih dulu agar mencapai matang gonad atau apabila telah memijah memerlukan waktu untuk pemulihan dan pematangan gonad kembali. Induk yang sebelumnya telah dipilih dan dipisahkan berdasarkan kelamin dan kesehatannya kemudian dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina dalam akuarium yang berbeda. Pemeliharaan induk secara terpisah ini perlu dilakukan paling tidak dua minggu sebelum ikan dipijahkan sehingga induk benar-benar matang gonad dan dapat memijah.

PENYIAPAN AKUARIUM PEMELIHARAAN
       Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan induk ikan neon tetra adalah akuarium berukuran (p x l x t) 100 x 50 x 35 cm. Sebelum digunakan akuarium harus dibersihkan terlebih dahulu. Membersihkan akuarium ini bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang berpotensi menjadi agen penyakit ikan yang akan dipelihara dan menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu dalam pemeliharaan ikan.
       Akuarium dibersihkan dengan cara menyikat seluruh dinding dengan sikat dan sabun sampai bersih lalu dibilas dengan air bersih 2-3 kali, kemudian dilap dengan kain atau spons kering. Akuarium yang telah bersih dapat segera digunakan untuk pemeliharaan ikan, tetapi apabila tidak akan segera digunakan akuarium bersih tersebut disimpan di rak dalam keadaan tengkurap.
       Media pemeliharaan ikan Neon Tetra adalah air tawar. Air yang baik untuk pemeliharaan ikan tersebut adalah air sumur atau air permukaan yang telah diendapkan selama 3 – 5 hari di dalam tandon. Air yang telah diendapkan selama itu selanjutnya disebut dengan air tendon lama. Akuarium diisi dengan air tandon lama setinggi 25 cm sehingga volume media pemeliharaan sebanyak 125 liter dalam tiap akuarium.
Pengisian air ke dalam akuarium dapat menggunakan gayung atau selang. Akuarium yang telah berisi air siap digunakan untuk memelihara induk setelah diberi aerasi. Pemasangan aerasi dilakukan dengan memasukkan selang berdiameter 0.5 cm yang telah diberi batu aerasi, lalu selang dihubungkan dengan instalasi udara yang tersedia.
Selang aerasi biasanya diberi pengatur udara agar gelembung udara yang keluar dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

PENEBARAN INDUK
       Selama masa pemeliharaan, induk ikan neon tetra jantan dan betina dipelihara dalam akuarium terpisah untuk menghindari terjadinya pemijahan liar. Masing-masing induk ditebar dengan kepadatan 200 ekor per akuarium. Penebaran ikan dimulai dengan melakukan aklimatisasi kemudian melepas ikan ke wadah pemeliharaan induk.
       Wadah penampungan ikan yang digunakan untuk memilih dan memisahkan jantan dan betina (Lihat KB 1) mempunyai kualitas air yang berbeda dengan media pemeliharaan yang telah disiapkan, oleh karena itu diperlukan aklimatisasi. Aklimatisasi ini dimaksudkan untuk menyesuaikan ikan dengan kondisi media pemeliharaan, terutama suhu air. Cara aklimatisasi adalah dengan mengapungkan kantung induk di permukaan media pemeliharaan induk selama 5 menit atau sampai suhu air pada kantung ikan sama dengan suhu media pemeliharaan. Kemudian kantung ikan dimiringkan agar ikan dapat lepas sendiri ke media pemeliharaan.

PEMBERIAN PAKAN
       Ikan akan tumbuh dan berkembang biak apabila mendapatkan pakan yang cukup jumlah dan nutrisinya, oleh karena itu ikan yang dipelihara harus diberi makan yang sesuai. Selama pemeliharaan induk pakan yang diberikan harus sesuai jumlah dan kandungan nutrisinya dengan kebutuhan ikan. Pakan yang diberikan pada induk ikan neon tetra adalah pakan hidup. Pakan tersebut dapat berupa kutu air (Daphnia sp. atau Moina sp.), cacing sutra (Oligochaeta) dan cu merah atau jentik nyamuk (larva Chironomus sp). Pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang) dengan frekuensi dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sebelum diberikan pakan hidup tersebut harus dicuci dengan menggunakan air bersih agar kotoran/lumpur maupun bibit penyakit hilang sehingga pakan dapat diberikan dalam keadaan bersih.


PENGELOLAAN AIR
       Selama pemeliharaan ikan, media pemeliharaan akan mengalami penurunan kualitas akibat menumpuknya sisa-sisa pakan dan feses (kotoran) ikan. Kualitas air dapat dipertahankan dengan cara penyiponan sisa pakan dan feses ikan yang mengendap di dasar akuarium setiap hari yang diikuti dengan pergantian air. Metode penyiponan adalah pengambilan kotoran dan air dengan memanfaatkan gravitasi bumi dan alat berupa selang plastik. Untuk memfungsikan sistim sipon, masukkan satu ujung selang ke air dalam wadah yang akan disipon dengan mulut selang tertutup jari dan ujung lainnya dijatuhkan ke tempat yang lebih rendah dari kedudukan wadah. Air akan mengalir begitu tutup selang dibuka menarik kotoran yang terdekat. Untuk memudahkan pembersihan kotoran yang menempel di dasar wadah ujung selang diberi sikat kecil.
       Pergantian air dilakukan untuk mengembalikan volume air wadah yang berkurang akibat penyiponan dan menambahkan air baru yang lebih bersih sehingga kualitas air kembali menjadi layak bagi ikan. Pergantan air dilakukan sebanyak 30% dan 50% volume media secara bergantian setiap hari. Apabila hari ini dilakukan pergantian air sebanyak 30% maka esok harinya pergantian air sebanyak 50% dan seterusnya. Setiap pergantian sebanyak 50% volume air dapat dimasukkan garam sebanyak 98,5 gram (segenggam tangan orang dewasa) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada ikan yang dipelihara. Air yang ditambahkan ke dalam wadah pemeliharaan adalah air tandon lama. Untuk menjaga ketersediaan oksigen di air maka pemberian aerasi harus dilakukan secara terus-menerus.

PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT
       Selama pemeliharaan seringkali induk terserang oleh penyakit. Penyakit tersebut dapat dibawa oleh ikan itu sendiri, melalui air atau melalui pakan. Untuk mencegah terjadinya penyakit dapat dilakukan dengan cara monitoring atau pemeriksaan secara rutin terhadap ikan yang dipelihara setiap hari. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan kesehatan ikan adalah: (1) mengamati bagian ekor untuk melihat ada tidaknya gejala berupa bintik putih, (2) mengamati warna tubuh untuk melihat ada tidaknya perubahan warna, (3) mengamati ada atau tidak adanya kelainan gerakan renang ikan (4) mengamati respons ikan terhadap pemberian pakan.
Penyakit yang biasa menyerang induk Neon Tetra adalah bintik putih (white spot), buluk (velvet disease) dan jadur. Penyakit bintik putih menyerang permukaan tubuh ikan (eksternal) yaitu pada bagian kulit/sisik dan sirip.
       Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih pada bagian yang terserang. Penyakit buluk menyerang permukaan tubuh yaitu pada bagian kulit/sisik dan sirip yang ditandai dengan kurang cerahnya warna tubuh ikan. Penyakit jadur ditandai dengan menonjolnya bagian rahang dan mulut ikan.
Obat-obatan yang digunakan adalah garam, pura (Furazolidon), dan blitz icht (atau Raid All untuk Ich). Untuk penyakit bintik putih diatasi dengan menggunakan 6 tetes blitz icht, untuk pencegahan diberi 4 tetes saja. Untuk penyakit buluk diatasi dengan garam 98.5 gram dan 2.5 gram pura yang ditambahkan ke dalam media pemeliharaan induk.
Penyakit jadur diatasi dengan bubuk kapsul Thiamphenikol sebanyak 1 kapsul. Dalam pengobatan penyakit, air dalam akuarium dikurangi sebanyak 50% volume air, dan ikan dipuasakan selama 3 hari. Bila ikan masih sakit beri makan dalam jumlah sedikit saja.


SUMBER:

Jumat, 08 September 2017

CARA DAN MANFAAT VAKSIN UNTUK IKAN


Pengelolaan kesehatan ikan dalam upaya pengendalian penyakit pada perikanan budidaya, selama ini lebih mengandalkan pada penggunaan bahan kimia/obat/antibiotik. Belakangan semakin diketahui bahwa  penggunaan bahan-bahan tersebut memiliki dampak negative; baik terhadap lingkungan perairan, ikan maupunkonsumen.
Pada budidaya ikan yang dilakukan secara intensif, penggunaan bahan pengendali penyakit ikan merupakan salah satu komponen yang sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, alternative strategi pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan melalui upaya pencegahan dan pengendalian (vaksinasi, biosecurity, probiotik, terapi herbal dan monitoring) harus menjadip paradigm baru bagi pelaku usaha perikanan budidaya.
Pencegahan merupakan langkah paling ideal untuk pengendalian penyakit pada perikanan budidaya.Strategi pencegahan penyakit secara dini yang diyakini lebih efektif dan prospektif adalah melalui vaksinasi.Program vaksinasi untuk mencegah beberapa penyakit potensial pada perikanan budidaya.
SISTEM KEKEBALAN PADA TUBUH IKAN
Sistem kekebalan pada ikan terbagi atas sistem pertahanan non spesifik dan spesifik.Ikan memiliki mekanisme pertahanan non spesifik seperti mekanisme fagositosis yang diperankan oleh sel makrofag dan leukosit bergranula, tetapi ikan juga merupakan organisasi yang mengembangkan sisstem respon pertahanan seluler dan hormonal yang dimediasi oleh sel limfosit. Ketika ikan mengalami infeksi pathogen, mekanisme kekebalan non-spesifik akan bekerja untuk menghentikan proses infeksi tersebut. Jika mekanisme tersebut tidak bekerja efektif, maka infeksi akan berlanjut dan mampu menimbulkan gejala klinis penyakit. 
Pada saat itu, respon kekebalan spesifik akan mulai terjadi, dan jika ikan mampu bertahan hidup maka akan terbentuk antibody spesifik terhadap pathogen pada level protektif dan terbentuk pula sel-sel memori. Jika terjadi reinfeksi oleh pathogen sejenis, maka ikan tersebut akan kebal, mampu menahan infeksi karena respon kekebalan sekunder akan terjadi, sebagai efek booster.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada system kekebalan tubuh ikan antara lain :
- Suhu air; ikan merupakan hewan poikilotermik. Suhu rendah diketahui sebagai factor pembatas dalam system metabolisme organisme, termasuk proses induksi kekebalan tubuh. Namun demikian, suhu yang terlalu tinggi juga dapat menekan dfungsi kekebalan tubuh (immunosuppressive).
- Kondisi stress; apabila terjadi stress, ikan akan bereaksi dengan mensekresi hormone stress (contricosteroids) dalam jumlah yang cukup tinggi, dimana hormone tersebut diketahui sebagai unsurimmunosuppressive.
- Immunomodulators;adjuvant merupakan unsur yang apabila dicampur dengan antigen untuk keperlun vaksinasi akan meningkatkan efektifitas vaksin (meningkatkan level respon kekebalan spesifik), dan juga dapat melipatgandakan produksi sel-sel fungsional yang berperan dalam system kekebalan non-spesifik.
- Keseimbangan nutrisi; kecukupan pakan (kualitas dan kuantitas) sesuai dengan kebutuhan optimal ikan sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh ikan.
DEFINISI VAKSIN
Vaksin adalah suatu produk biologi yang terbuat dari mikroorganisme, komponen mikroorganisme yang telah dilemahkan, dimatikan atau rekayasa genetika dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh secara aktif. Vaksinasi merupakan suatu upaya preventif untuk meningkatkan kekebalan pada tubuh ikan secara aktif terhadap suatu penyakit; sehingga apabila kelak ikan terpapar dengan mikroorganisme pathogen tersebut, tubuh ikan akan mampu melawan infeksi tersebut. 
Adapun beberapa persyaratan vaksin yang ideal yaitu :
- Aman bagi ikan, lingkungan perairan dan konsumen
- Vaksin harus spesifik untuk pathogen tertentu
- Vaksin harus dapat melindungi ikan (protective duration) dalam waktu yang lama, minimal selama periode pemeliharaan (siklus produksi)
- Mudah didapat, aplikatif dan ekonomis
- Terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan
APLIKASI VAKSIN PADA IKAN
Ada beberapa persyaratan umum yang perlu diperhatikan sebelum melakukan vaksinasi ikan :
- Sebaiknya ikan telah berumur 1 minggu atau lebih (aplikasi melalui perendaman dan/atau pakan), karena pada umur kurang dari 1 minggu sangat mungkin bahwa organ-organ yang berperan dalam sistem pembentukan antibody belum sempurna.
- Apabila vaksin diberikan melalui penyuntikan, maka ukran ikan harus disesuaikan dengan ukuran jarum suntik (needle) dan dosis, serta harus dipastikan bahwa vaksinasi aman secara anatomis (tidak mengakibatkan abses atau luka)
- Status kesehatan ikan dalam kondisi baik
- Suhu air relatif hangat (diatas 25 ˚C)
- Air yang digunakan untuk melakukan vaksinasi dan pemeliharaan ikan harus bebas dari unsure polutan.
Secara umum, vaksinasi pada ikan dapat diberikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu melalui teknik perendaman/spray, penyuntikan dan pakan.
a. Perendaman dalam Larutan Vaksin 
Teknik ini sangat ideal untuk ikan yang ukurannya kecil dan dalam jumlah cukup banyak.Perendaman dapat dilakukan dalam bak beton/fiber glass/akuarium atau ember plastik. Selama proses vaksinasi sebaiknya dilengkapi dengan aerasi,d an kepadatan ikan tidak terlalu tinggi (antara 100 – 200 gram/liter air). Pengamatan tingkah laku ikan selama proses vaksinasi dilakukan secara cermat, apabila terlihat ikan yang mengalami masalah, segera dipindahkan ke air segar.
Pengelolaan kesehatan ikan dalam upaya pengendalian penyakit pada perikanan budidaya, selama ini lebih mengandalkan pada penggunaan bahan kimia/obat/antibiotik. Belakangan semakin diketahui bahwa  penggunaan bahan-bahan tersebut memiliki dampak negative; baik terhadap lingkungan perairan, ikan maupunkonsumen.

Pada budidaya ikan yang dilakukan secara intensif, penggunaan bahan pengendali penyakit ikan merupakan salah satu komponen yang sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, alternative strategi pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan melalui upaya pencegahan dan pengendalian (vaksinasi, biosecurity, probiotik, terapi herbal dan monitoring) harus menjadip paradigm baru bagi pelaku usaha perikanan budidaya.
Pencegahan merupakan langkah paling ideal untuk pengendalian penyakit pada perikanan budidaya.Strategi pencegahan penyakit secara dini yang diyakini lebih efektif dan prospektif adalah melalui vaksinasi.Program vaksinasi untuk mencegah beberapa penyakit potensial pada perikanan budidaya.
SISTEM KEKEBALAN PADA TUBUH IKAN
Sistem kekebalan pada ikan terbagi atas sistem pertahanan non spesifik dan spesifik.Ikan memiliki mekanisme pertahanan non spesifik seperti mekanisme fagositosis yang diperankan oleh sel makrofag dan leukosit bergranula, tetapi ikan juga merupakan organisasi yang mengembangkan sisstem respon pertahanan seluler dan hormonal yang dimediasi oleh sel limfosit. Ketika ikan mengalami infeksi pathogen, mekanisme kekebalan non-spesifik akan bekerja untuk menghentikan proses infeksi tersebut. Jika mekanisme tersebut tidak bekerja efektif, maka infeksi akan berlanjut dan mampu menimbulkan gejala klinis penyakit. 
Pada saat itu, respon kekebalan spesifik akan mulai terjadi, dan jika ikan mampu bertahan hidup maka akan terbentuk antibody spesifik terhadap pathogen pada level protektif dan terbentuk pula sel-sel memori. Jika terjadi reinfeksi oleh pathogen sejenis, maka ikan tersebut akan kebal, mampu menahan infeksi karena respon kekebalan sekunder akan terjadi, sebagai efek booster.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada system kekebalan tubuh ikan antara lain :
- Suhu air; ikan merupakan hewan poikilotermik. Suhu rendah diketahui sebagai factor pembatas dalam system metabolisme organisme, termasuk proses induksi kekebalan tubuh. Namun demikian, suhu yang terlalu tinggi juga dapat menekan dfungsi kekebalan tubuh (immunosuppressive).
- Kondisi stress; apabila terjadi stress, ikan akan bereaksi dengan mensekresi hormone stress (contricosteroids) dalam jumlah yang cukup tinggi, dimana hormone tersebut diketahui sebagai unsurimmunosuppressive.
- Immunomodulators;adjuvant merupakan unsur yang apabila dicampur dengan antigen untuk keperlun vaksinasi akan meningkatkan efektifitas vaksin (meningkatkan level respon kekebalan spesifik), dan juga dapat melipatgandakan produksi sel-sel fungsional yang berperan dalam system kekebalan non-spesifik.
- Keseimbangan nutrisi; kecukupan pakan (kualitas dan kuantitas) sesuai dengan kebutuhan optimal ikan sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh ikan.
DEFINISI VAKSIN
Vaksin adalah suatu produk biologi yang terbuat dari mikroorganisme, komponen mikroorganisme yang telah dilemahkan, dimatikan atau rekayasa genetika dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh secara aktif. Vaksinasi merupakan suatu upaya preventif untuk meningkatkan kekebalan pada tubuh ikan secara aktif terhadap suatu penyakit; sehingga apabila kelak ikan terpapar dengan mikroorganisme pathogen tersebut, tubuh ikan akan mampu melawan infeksi tersebut. 
Adapun beberapa persyaratan vaksin yang ideal yaitu :
- Aman bagi ikan, lingkungan perairan dan konsumen
- Vaksin harus spesifik untuk pathogen tertentu
- Vaksin harus dapat melindungi ikan (protective duration) dalam waktu yang lama, minimal selama periode pemeliharaan (siklus produksi)
- Mudah didapat, aplikatif dan ekonomis
- Terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan
APLIKASI VAKSIN PADA IKAN
Ada beberapa persyaratan umum yang perlu diperhatikan sebelum melakukan vaksinasi ikan :
- Sebaiknya ikan telah berumur 1 minggu atau lebih (aplikasi melalui perendaman dan/atau pakan), karena pada umur kurang dari 1 minggu sangat mungkin bahwa organ-organ yang berperan dalam sistem pembentukan antibody belum sempurna.
- Apabila vaksin diberikan melalui penyuntikan, maka ukran ikan harus disesuaikan dengan ukuran jarum suntik (needle) dan dosis, serta harus dipastikan bahwa vaksinasi aman secara anatomis (tidak mengakibatkan abses atau luka)
- Status kesehatan ikan dalam kondisi baik
- Suhu air relatif hangat (diatas 25 ˚C)
- Air yang digunakan untuk melakukan vaksinasi dan pemeliharaan ikan harus bebas dari unsure polutan.
Secara umum, vaksinasi pada ikan dapat diberikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu melalui teknik perendaman/spray, penyuntikan dan pakan.
a. Perendaman dalam Larutan Vaksin 
Teknik ini sangat ideal untuk ikan yang ukurannya kecil dan dalam jumlah cukup banyak.Perendaman dapat dilakukan dalam bak beton/fiber glass/akuarium atau ember plastik. Selama proses vaksinasi sebaiknya dilengkapi dengan aerasi,d an kepadatan ikan tidak terlalu tinggi (antara 100 – 200 gram/liter air). Pengamatan tingkah laku ikan selama proses vaksinasi dilakukan secara cermat, apabila terlihat ikan yang mengalami masalah, segera dipindahkan ke air segar
Air bekas rendaman virus harus dibuang sesuai dengan rekomendasi produsen, atau disesuaikan dengan jenis sediaan vaksin yang telah digunakan.Apabila jenis sediaan vaksin in-aktif (killed vaccine) dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi organisme serta lingkungan perairan, maka air bekas rendaman vaksin tersebut dapat langsung dibuang ke saluran pembuangan.Namun apabila jenis sediaan vaksin hidup dan/atau dilemahkan (attenuated vaccine), maka air bekas rendaman vaksin harus diperlakukan terlebih dahulu dengan desinfektan (misalnya, klorin 300 ppm) selama 24 jam sebelum dibuang ke saluran pembuangan.
b. Penyuntikan
Keuntungan pemberian vaksin melalui penyuktikan adalah 100 % vaksin dapat masuk ke dalam tubuh ikan. Ikan yang akan divaksin harus memiliki ukuran yang sesuai. Vaksinasi melalui penyuntikan harus dapat memastikan bahwa ikan harus nyaman selama proses vaksinasi; dan pembiusan mungkin diperlukan.

Ada dua cara penyuntikan yang biasa dilakukan, yaitu dimasukkan ke rongga perut (intra peritoneal) dan dimasukkan ke otot/daging (intra muscular). Penyuntikan secara IP biasanya dilakukan di bagian perut, diantara kedua sirip perut atau sedikit di depan anus, dengan sudut kemiringan jarum suntik (needle) kire-kire 30˚. Penyuntikan secara IM biasanya dilakukan di bagian punggung, pada ikan yang bersisik biasanya dilakukan di sela-sela sisik ke 3 – 5 dari kepala, dengan sudut kemiringan jarum suntik kira-kira 30˚ – 40˚.
c. Melalui Pakan Ikan
Teknik ini lebih sesuai untuk ikan-ikan yang sudah dipelihara di dalam kolam pemeliharaan ataupun sebagai upaya vaksinasi ulang (booster). Teknik mencampur vaksin dengan pakan ikan yang umum dilakukan adalah :
- Sediaan vaksin tersebut diencerkan beberapa kali dengan air bersih (sesuai petunjuk penggunaan pada tiap jenis vaksin), kemudian dimasukkan ke dalam botol semprot.
- Semprotkan larutan vaksin tersebut ke pakan secara merata (tidak terlalu basah), dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
- Setelah kering, pakan langsung diberikan pada ikan. 
Akan lebih baik lagi apabila vaksin yang telah disemprotkan ke pakan diselaputi putih telur terlebih dahulu, dikeringkan dan kemudian baru diberikan kepada ikan.Sebaiknya pencampuran vaksin dilakukan tidak terlalu lama dari jadwal pemberian pakan.
JENIS-JENIS VAKSIN
Jenis vaksin penyakit bakterial dan viral yang sudah tersedia secara komersial dan masih dalam tahap pengembangan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel berikut.
No.
Jenis penyakit/ pathogen
Jenis ikan utama
Ketersediaan vaksin
Keterangan
1
Motile Aeromonas Septicemia (MAS)/ Aeromonas hydrophila
Lele, gurame, nila, mas
Ya
Lokal
2
Streptococcosis/ Streptococcus agalactiae
Nila
Ya
Lokal dan impor
3
Streptococcosis/ Streptococcus iniae
Kakap
Ya
Impor
4
Vibriosis / Vibrio spp.
(polivalen Vibrio)
Kerapu dan kakap
Ya
Lokal
5
Tenacibaculum maritimum
Kakap
Ya
Impor
6
Viral Nervous Necrosis (VNN)
Kerapu
Ya
Lokal
7
Koi Herper Virus (KHV)
Mas dan Koi
Ya
Impor
8
Iridovirus
Kerapu
Ya
Impor
9
Edwarsiliosis/ Edwarsiliosis ictaluri
Patin
Ya
Lokal
10
Mycobacteriosis/ Mycobacterium fortuitum
Gurame
Belum
Lokal, masih pengembangan
Sumber : Ditkeskanling (2013)
TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN VAKSIN
Kerusakan vaksin sering terjadi akibat persyaratan pada saat transportasi dan/atau penyimpanan tidak terpenuhi.Sebagian besar vaksin konvensional memerlukan suhu rendah sebelum digunakan. Oleh sebab itu, selama proses transportasi dan penyimpanan harus sesuai dengan rekomendasi dari prosuden. Kesalahan dalam transportasi dan penyimpanan vaksin dapat menurunkan atau menghilangkan potensi, atau bahkan dapat menimbulkan dampak negative apabila diberikan kepada ikan.
SUMBER :


MENGENAL BEBERAPA JENIS IKAN CUPANG


Ikan Cupang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bentuknya yang indah dan menarik membuat minat masyarakat terhadap ikan satu ini begitu tinggi. Banyak orang memelihara ikan Cupang sebagai ikan hias untuk menghiasi aquarium di rumah mereka. Inilah jenis-jenis ikan Cupang yang ada di Indonesia.
Habitat asli ikan Cupang tersebar di wilayah Asia Tenggara meliputi Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Ikan ini bisa ditemukan di rawa-rawa, danau, lubuk sawah, dan selokan yang airnya menggenang.
Perkembangan variasi ditinjau dari segi bentuk dan warna terbilang pesat dalam beberapa generasi terakhir. Beberapa jenis cupang yang dikenal sekarang ini.
·         Betta pugnax (Forest Betta)
·         Betta taeniata (Banned Betta)
·         Betta macrostoma (Bruney Beauty)
·         Betta unimaculata (Golden Slender)
·         Betta picta (painted Betta)
·         Betta anabantoides (Pearly Betta)
·         Betta edithae (Betta Brederi)
·         Betta foerschi (Purple Saphire Betta)
Ikan cupang di atas dikenal sebagai mouth breeder yaitu ikan cupang yang mengerami telurnya di dalam mulut, sedangkan kelompok di bawah ini yang merupakan kerabat ikan cupang (betta), yang membangun sarangnya dengan busa (bublle nest)
·         Betta akarensis (Sarawak Betta)
·         Betta coccina (Clorat's Betta)
·         Betta bellica (Standard's Betta)
·         Betta tesyae (Peaceful Betta)
·         Betta smaragdina (Emerald Betta)
·         Betta imbelis (Slugger's Betta)
·         Betta splendens (Siamese Fighting Fish)
Jenis ikan cupang lain yang dikenal sebagai:
·         Betta albimarginata
·         Betta channoides
·         Betta balunga
·         Betta breviobesus
·         Betta enisae
Cupang hias dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
·         Halfmoon (setengah bulan), cupang jenis ini memiliki sirip dan ekor yang lebar dan simetris menyerupai bentuk bulan setengah. Jenis cupang ini pertama kali dibudidaya di Amerika Serikat oleh Peter Goettner pada tahun 1982.
·         Crowntail (ekor mahkota) atau serit
·         Double tail (ekor ganda)
·         Plakat Halfmoon
·         giant (cupang raksasa), cupang jenis ini merupakan hasil perkawinan silang antara cupang biasa dengan cupang alam, cupang jenis ini ukurannya bisa mencapai 12 cm
1. Cupang Halfmoon


Cupang Halfmoon adalah ikan yang berasal dari Amerika, Ikan ini di kenal memiliki bentuk ekor dan sirip yang indah seperti bentuk setengah bulan, serta warnanya juga mencolok. Meski begitu harga ikan Cupang Halfmoon murah. Harga Ikan Cupang Halfmoon antara Rp.30.000 sampai Rp.50.000

2. Cupang Serit (Crown Tail)


Ikan cupang jenis ini adalah hasil perkimpoian silang yang di coba oleh Breeder Indonesia, Ekor ikan serit terlihat seperti mahkota, Keindahan ikan ini sudah di akui oleh pecinta ikan cupang di dunia. Harga cupang serit antara Rp.3000- sampai Rp.100.000

3. Ikan Cupang Plakat (aduan)


Ikan ini yang paling cocok di gunakan sebagai ikan Aduan. Yang biasa di beli oleh anak SD. Ikan Cupang Plakat memiliki ekor dan siri[ yang pendek sehingga sangat cocok di gunakan sebagai aduan, dari pada cupang jenis lain yang cocok untuk hiasan. Meski begitu jenis cupang plakat juga ada yang di gunakan sebagai hias, dan harganya sangat mahal seperti Plakat Koi, Plakat Red Dragon, Plakat Full Gold dan masih banyak lagi. 

4. Ikan Cupang Double Tail


Jika di perhatikan sekilas, ikan jenis ini sangat mirip dengan Halfmoon, hanya saja di bagian tengah terdapat belahan seperti potongan yang menyerupai gunting.Ikan ini juga masih susah untuk di temui di pasar, meski harganya tidak terlalu mahal. 

5. Cupang Giant


Cupang Giant berasal dari Thailand, cupang jenis ini mampu mempunyai panjang tubuh sekitar 11-20 Cm. Pada dasarnya ikan Cupang Giant ini berasal dari perkimpoian cupang plakat, dengan berbagai macam ekseprimen yang sudah di coba, akhirnya para peternak Ikan cupang Thailand berhasil menjadikan Cupang Giant. 

SUMBER :